BAHAN PENYEKAT
A.    Pengertian Bahan Penyekat
            Bahan penyekat atau sering disebut dengan istilah isolasi
 adalah suatu bahan yang digunakan dengan tujuan agar dapat memisahkan 
bagian – bagian yang bertegangan atau bagian – bagian yang aktif. 
Sehingga untuk bahan penyekat ini perlu diperhatikan mengenai sifat – 
sifat dari bahan tersebut yang meliputi : sifat listrik, sifat mekanis, 
sifat termal, ketahanan terhadap bahan kimia dan lain – lain. 
            Bahan
 penyekat digunakan untuk memisahkan bagian – bagian yang beregangan. 
Untuk itu pemakaian bahan penyekat perlu mempertimbangkan sifat 
kelistrikannya. Disamping itu juga perlu mempertimbangkan sifat – sifat 
bahan penyekat tersebut.
            Sifat
 kelistrikan mencakup resistivitas, permitivitas, dan kerugian 
dielektrik. Penyekat membutuhkan bahan yang mempunyai resistivitas yang 
besar agar arus yang bocor sekecil mungkin (dapat diabaikan). Yang perlu
 diperhatikan disini adalah bahwa bahan isolasi yang higroskopis 
hendaknya dipertimbangkan penggunaannya pada tempat – tempat yang lembab
 karena resistivitasnya akan turun. Resistivitas juga akan turun jika 
tegangan yang diberikan naik.
            Besarnya
 kapasitansi bahan isolasi yang berfungsi sebagai dielektrik ditentukan 
oleh permitivitasnya, disamping jarak dan luas permukaannya. Besarnya 
permitivitas udara adalah 1,00059, sedangkan untuk zat padat dan zat 
cair selalu lebih besar dari itu. Apabila bahan isolasi diberi tegangan 
bolak – balik maka akan terdapat energi yang diserap oleh bahan 
tersebut. Besarnya kerugian energi yang diserap bahan isolasi tersebut 
berbanding lurus dengan tegangan, frekuensi, kapasitansi, dan sudut 
kerugian dielektrik. Sudut tersebut terletak antara arus kapasitif dan 
arus total (Ic + Ir).
            Suhu
 juga berpengaruh terhadap kekuatan mekanis, kekerasan, viskositas, 
ketahanan terhadap pengaruh kimia dan sebagainya. Bahan isolasi dapat 
rusak diakibatkan oleh panas pada kurun waktu tertentu. Waktu tersebut 
disebut umur panas bahan isolasi. Sedangkan kemampuan bahan menahan suhu
 tertentu tanpa terjadi kerusakan disebut ketahanann panas. Menurut IEC (International Electrotehnical Commission)
 didasarkan atas batas suhu kerja bahan, bahan isolasi yang digunakan 
pada suhu dibawah nol (misal pada pesawat terbang, pegunungan) perlu 
juga diperhitungkan karena pada suhu dibawah nol bahan isolasi akan 
menjadi keras dan regas.
            Pada
 mesin – mesin listrik, kenaikan suhu pada penghantar dipengaruhi oleh 
resistansi panas bahan isolasi. Bahan isolasi tersebut hendaknya mampu 
meneruskan panas yang didesipasikan oleh penghantar atau rangkaian 
magnetik keudara sekelilingnya.
            Kemampuan
 larut bahan isolasi, resistansi kimia, higroskopis, permeabilitas uap, 
pengaruh tropis, dan resistansi radio aktif perlu dipertimbangkan pada 
penggunaan tertentu. Kemampuan larut diperlukan dalam menentukan macam 
bahan pelarut untuk suatu bahan dan dalam menguji kemampuan bahan 
isolasi terhadap cairan tertentu selama diimpregnasi atau dalam 
pemakaian. Kemampuan larut bahan padat dapat dihitung berdasarkan 
banyaknya bagian permukaan bahan yang dapat larut setiap satuan waktu 
jika diberi bahan pelarut. Umumnya kemampuan larut bahan akan bertambah 
jika suhu dinaikkan. Ketahanan terhadap korosi akibat gas, air, asam, 
basa dan garam bahan isolasi juga bervariasi antara satu pemakaian bahan
 isolasi didaerah yang konsentrasi kimianya aktif, instalasi tegangan 
tinggi, dan suhu diatas normal.
            Uap
 air dapat memperkecil daya isolasi bahan. Karena bahan isolasi juga 
mempunyai sifat hiigroskopis maka selam penyimpanan atau pemakaian 
diusahakan agar tidak terjadi penyerapan uap air oleh bahan isolasi, 
dengan memberikan bahan penyerap uap air, yaitu senyawa P2O5 atau CaCl2. Bahan
 yang molekulnya berisi kelompok hidroksil (OH) higroskopitasnya relatif
 besar dibanding bahan parafin dan polietilin yang tidak dapat menyerap 
uap air. Bahan isolasi hendaknya juga mempunyai permeabilitas uap 
(kemampuan untuk dilewati uap) yang besar, khususnya bagi bahan yang 
digunakan untuk isolasi kabel dan rumah kapasitor.
            Didaerah
 tropis basah dimungkinkan tumbuhnya jamur dan serangga. Suhu yang 
tinggi yang disertai kelembaban dalam waktu lama dapat menyebabkan 
turunnya kemampuan isolasi. Oleh karena bahan isolasi hendaknya dilapisi
 bahan anti jamur (paranitro phenol, dan phenta chloro phenol).
            Pemakaian
 bahan isolasi sering dipengaruhi bermacam – macam energi radiasi yang 
berpengaruh dan mengubah sifat bahan isolasi. Radiasi sinar matahari 
mempengaruhi umur bahan, khususnya jika bersinggungan dengan oksigen. 
Sinar ultra violet dapat merusak beberapa bahan organik, T yaitu 
kekuatan mekanik dan elastisitas. Sinar X sinar – sinar dari rekator 
nuklir, partikel – partikel radio isotop juga mempengaruhi kemampuan 
bahan isolasi. 
            Sifat
 mekanis bahan kekuatan tarik, modulus elastisitas, dan derajat 
kekerasan bahan isolasi juga menjadi pertimbangan dalam memilih suatu 
jenis bahan isolasi.
B.     Sifat – Sifat Bahan Penyekat
Ada
 beberapa sifat bahan penyekat yang perlu kita ketahui sebagai dasar 
pemahaman kita tentang bahan penyekat. Sifat – sifat tersebut meliputi 
sifat listrik, sifat mekanis, sifat termis dan sifat kimia.
a)      Sifat Listrik
Sifat listrik yaitu
 suatu bahan yang mempunyai tahanan jenis listrik yang besar agar dapat 
mencegah terjadinya rambatan atau kebocoran arus listrik antara hantaran
 yang berbeda tegangan atau dengan tanah. Karena pada kenyataannya 
sering terjadi kebocoran, maka harus dibatasi sampai sekecil-kecilnya 
agar tidak melebihi batas yang ditentukan oleh peraturan yang berlaku 
(PUIL : peraturan umum instalasi listrik).
b)     Sifat Mekanis
Mengingat
 sangat luasnya pemakaian bahan penyekat, maka perlu dipertimbangkan 
kekuatannya supaya dapat dibatasi hal-hal penyebab kerusakan karena 
akibat salah pemakaian. Misal memerlukan bahan yang tahan terhadap 
tarikan, maka dipilih bahan dari kain bukan dari kertas karena lain lebih kuat daripada kertas.
c)      Sifat Termis
Panas yang timbul pada bahan akibat arus listrik atau arus gaya magnet
 berpengaruh kepada penyekat termasuk pengaruh panas dari luar 
sekitarnya. Apabila panas yang terjadi cukup tinggi, maka diperlukan 
pemakaian penyekat yang tepat agar panas tersebut tidak merusak 
penyekatnya.
d)     Sifat Kimia
Akibat
 panas yang cukup tinggi dapat mengubah susunan kimianya, begitu pula 
kelembaban udara atau basah disekitarnya. Apabila kelembaban dan keadaan
 basah tidak dapat dihindari, maka harus memilih bahan penyekat yang tahan air, termasuk juga kemungkinan adanya pengaruh zat-zat yang merusak seperti : gas, asam, garam, alkali, dan sebagainya.
C.    Pembagian Kelas Bahan Penyekat
            Bahan
 penyekat listrik dapat dibagi atas beberapa kelas berdasarkan suhu 
kerja maksimum. Klasifikasi bahan isolasi menurut IEC adalah seperti 
ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel Pembagian kelas bahan Penyekat
KELAS 
 | 
SUHU KERJA MAKSIMUM (°C) 
 | 
KELAS 
 | 
SUHU KERJA MAKSIMUM (°C) 
 | 
Y 
 | 
90 
 | 
F 
 | 
155 
 | 
A 
 | 
105 
 | 
H 
 | 
180 
 | 
E 
 | 
120 
 | 
C 
 | 
>180 
 | 
B 
 | 
130 
 | 
 
 | 
 
 | 
·         Kelas Y
Yang
 dapat digolongkan dalam kelas Y adalah : katun, sutera alam wol 
sintetis, rayon, serat poliamid, kertas, prespan, kayu, poliakrit, 
polietilin, polivinil, karet.
·         Kelas A
Yang
 dapat digolongkan dalam kelas A adalah : bahan berserat dari kelas Y 
yang telah dicelup dalam vernis, aspal, minyak trafo, email yang 
dicampur vernis dan poliamid.
·         Kelas E
Yang
 dapat digolongkan dalam kelas E adalah : penyekat kawat email yang 
memakai bahan pengikat polivinil formal, poli urethan dan damar epoksi 
dan bahan pengikat lain semacam itu dengan bahan pengisi selulose, 
pertinaks dan tekstolit, film triasetat, filem serat polietilin 
tereftalat.
·         Kelas B
Yang
 dapat digolongkan dalam kelas B adalah : bahan nonorganik (mika, gelas,
 fiber, asbes) dicelup atau direkat menjadi satu dengan pernis atau 
konpon, bitumen, sirlak, bakelit dan sebagainya.
·         Kelas F
Yang
 dapat digolongkan dalam kelas F adalah : bahan bukan organik dicelup 
dan direkat menjadi satu dengan epoksi, poliurethan, atau vernis yang 
tahan panas tinggi.
·         Kelas H
Yang
 dapat digolongkan dalam kelas H adalah : semua bahan komposisi dengan 
bahan dasar mika, asbes dan gelas fiber yang dicelup dalam silikon tanpa
 campuran bahan berserat (kertas, katun, dan sebagainya). Dalam kelas 
ini termasuk juga karet silikon dan email kawat poliamid murni.
·         Kelas C
Yang
 dapat digolongkan dalam kelas C adalah : bahan onorganik yang tidak 
dicelup dan tidak diikat dengan subtansi organik, misalnya mika, mikanit
 yang tahan panas (menggunakan bahan pengikat anorganik), mikaleks, 
gelas, dan bahan keramik. Hanya satu bahan organik saja yang termasuk 
kelas C yaitu polietra flouroetilin (teflon).
D.    Macam – Macam Bentuk Bahan Penyekat
            Dalam
 penyekat dalam bahan listrik terbagi menjadi tiga yaitu penyekat bentuk
 padat, penyekat bentuk cair dan penyekat bentuk gas. Akan tetapi pada 
makalah ini kita akan membahas tentang bahan penyekat bentuk padat.
1)   Penyekat Bentuk Padat
Beberapa bahan penyekat bentuk padat yang sesuai dengan asalnya diantaranya:
1.   Bahan Tambang
        Yang
 dimaksud dengan isolasi bahan tambang adalah mineral atau bahan yang 
asal mulanya didapat dari tambang dan digunakan sebagai isolasi pada 
ikatan kimia atau keadaan alaminya tanpa proses kimia atau proses termal
 sebelumnya. Bahan isolasi mineral tersebut misalnya batu pualam, batu 
tulis, klorida, mika, dan mikanit.
a.    Batu Pualam
               Batu pualam ialah batu kapur (CaCO3)
 yang keras atau dolomit yang dapat dipoles. Pualam merupakan bongkahan 
batu yang besar yang kemudian dipotong – potong menjadi lempengan tebal 
dengan ukuran tertentu. Bagian mukanya digerinda dengan gerinda 
karborundum dan setelah cukup rata kemudian digosok dengan batu asah. 
Yang terakhir adalah menggosokkan dengan menggunakan cakram berlapis 
kain pemoles dan serbuk hijau (chromiun oksida) sebagai bahan tambahan 
sehingga permukaannya menjadi mengkilat dengan warna yang sangat indah. 
Warna batu pualam ada yang putih, kuning, kelabu, merah jambu, hitam dan
 sebagainya, sesuai dengan piegmennya. Semakin padat dan licin maka 
semakin kurang daya penyerapan airnya.
               Yang
 padat (tua) lebih mudah penggosokkannya. Batu pualam dapat dibor dengan
 bor baja khusus. Batu pualam mempunyai sifat mudah pecah, berat (masa 
jenis paling rendah 2,6 g/cm3), regas, mudah retak kalau 
dipanasi dan didinginkan mendadak, dan sensitif terhadap asam. Untuk 
mendapatkan batu pualam yang sifat kelistrikannya baik maka bahan perlu 
diimpregnasi dengan parafin, polistirin, bitumen, minyak dan sebagainya.
               Dalam teknik listrik batu pualam sudah jarang sekali dipakai, terdesak oleh bahan  lain
 yang secara teknis lebih baik dan mudah pengolahannya. Dahulu banyak 
digunakan untuk bahan penghubung. Sekarang, karena rupanya yang indah 
dan menarik, atu pualam banyak digunakan dalam bidang arsitektur.
b.   Batu Tulis 
               Warnanya
 abu – abu kehitaman. Strukturnya berlapis – lapis sehingga dapat 
dibentuk sebagai papan. Penggunaannya seperti batu pualam (sebagai panel
 papan hubung bagi), batu tulis lebih mudah pecah dibanding marmer, 
tidak dapat dipoles, sifat kelistrikannya dan higroskopisnya dibawah 
marmer, masa jenis 2,8 g/cm3 tahan terhadap asam dan panas.
c.    Klorida
               Bahan
 ini warnanya abu – abu, sifat kelistrikan dan kekuatan mekanisnya 
dibawah batu tulis, mudah dipotong, digergaji, dan dibor. Klorida padat 
sangat higroskopis, jika akan dipakai sebagai isolator harus 
diimpregnasi dengan resin, misalnya bakeli yang dicairkan.
d.   Asbes
               Serat
 asbes yang ditemukan pada batu – batuan (tambang) pada umumnya pendek. 
Pada suhu 300 °C hingga 400 °C asbes tidak mengalami perubahan kekuatan 
mekanik, tetapi pada suhu lebih tinggi kandungan airnya akan hilang dan 
kekuatan mekanisnya akan turun. Ketahanannya terhadap panas tersebut 
adalah karena pori – porinya mudah dimasuki udara sehingga konduktivitas
 panasnya akan menurun. Asbes meleleh pada suhu 1150 °C. Asbes yang 
banyak mengandunf feri oksida akan menjadi semikonduktor. Untuk 
menaikkan kemampuan isolasinya, asbes perlu diimpregnasi.
               Asbes
 merupakan bahan yang berserat, tidak kuat dan mudah putus sehingga 
sebagai penyekat listrik sebenarnya kurang baik. Tetapi asbes mempunyai 
keistimewaan tersendiri, yaitu tidak dapat terbakar (tahan terhadap 
panas tinggi). Jadi, disamping sebagai penyekat listrik. Biasanya asbes 
dipakai sebagai penyekat listrik untuk tegangan rendah.
               Dalam
 pemakaian, asbes dipintal menjadi semacam benang kasar. Hal ini 
dilakukan untuk mendapatkan kekuatan mekanis yang lebih baik. Mengingat 
keistimewaan asbes, yaitu mempunyai sifat tahan panas, maka asbes banyak
 digunakan dalam peralatan listrik untuk keperluan rumah tangga, 
misalnya setrika listrik, kompor listrik dan alat – alat pemanas 
listrik.
               Untuk
 penyekat panas, elemen – elemen pemanas dibalut dengan benang asbes, 
misalnya untuk mesin – mesin las dan pemanggang (oven). Asbes juga 
dipergunakan pada mesin – mesin listrik yang bekerja dengan beban berat 
dan tidak teratur, karena disitu akan timbul panas yang tinggi, misalnya
 pada motor – motor tram listrik, derek dan kompresor.
               Lilitan
 – lilitan motor tersebut dibalut bukan dengan penyekat lain, tetapi 
dengan asbes. Untuk memperingati daya sekat listriknya, asbes dicelup 
dalam vernis, sirlak atau bahan penyekat lainnya hal tersebut juga 
memperkuat daya mekanis dan menjadikannya lebih tahan air. Selain dibuat
 benag, asbes dibuat lempeng – lempeng tipis yang disebut kertas asbes. 
Serat – serat asbes dipres dengan dilapisi kertas ditambah dengan bahan 
perekat, dipakai sebagai pembungkus elemen – elemen pemanas listrik. 
Semen asbes dibuat dari bahan semen portland sebagai pengikat dan asbes 
sebagai pengisi, dipres dalam keadaan dingin dan dibuat dalam bentuk 
papan, lempeng, tabung/pipa dan untuk panel distribusi. Asbes banyak 
sekali dijual sebagai barang jadi. Pada bentuk lempeng untuk penyekat 
mungkin dapat terjadi bunga api, misalnya pada kontak – kontak 
penghubung. Bentuk tabung/pipa dipakai untuk selongsong yang menghendaki
 penyekatan.
e.    Mika 
               Mika
 merupakan isolasi mineral (bahan tambang). Tahanan listrik dan kekuatan
 mekanisnya tinggi, tahan panas dan tahan dari pengaruh uap air, sangat 
ringan, elastis, warnanya bening (transparan) dan licin mengkilat, 
bentuknya berlapis – lapis. Pada suhu tinggi (diatas batas suhu kerja) 
mika akan mengeluarkan air yang merupakan bagian dari susunannya. 
Kebeningannya berkurang atau menjadi kusam. Dalam keadaan demikian mika 
telah kehilangan kekuatan mekanisnya, mudah retak – retak sehingga daya 
sekatnya berkurang. Pada suhu 1250 °C hingga 1300 °C susunn kristal mika
 berubah sama sekali dan mulai meleleh.
               Mika
 digunakan sebagai isolasi pada mesin – mesin besar dengan tegangan 
kerja yang tinggi, misalnya generatot turbo, generator hidro pada 
pembangkit, motor – motor araksi. Disitu mika dipakai untuk menyekat 
komulator antara lamel – lamel dan sebagai dielektrik kondensator. Mika 
juga dapat digunakan untuk kaca penjenguk pada tungku – tungku (untuk 
melihat dalam dari tungku). Selain daripada itu maka banyak dipakai 
dalam industri alat – alat rumah tangga, untuk menyekat elemen – elemen 
pemanas dan alat pemasak (kompor listrik), setrika listrik, pemanggang 
roti dan lain sebagainya.
               Mika
 adalah mineral dengan kristal monoklin, yaitu kristal yang sumbu – 
sumbu ruangnya (x, y, z) sama panjang, dua sudut antara sumbu – sumbu 
sama yaitu 90°. Terdapat beberapa macam mika, diantaranya mika yang umum
 dijumpai adalah muscovit dengan rumus kimia K2O.3Al2O3.6SiO2.2H2O dan flogofit dengan rumus kimia (K2O.6MgO. 3Al2O3. 6SiO2.2H2O).
 Unsur dari mika jenis lain mungkin besi, natrium atau kalsium. Sifat 
isolasi dan mekanis muskovit lebih baik dibanding flogofit. Permitivitas
 mika adalah 4 sehingga 10. Sifat – sifat pengisolasian mika searah 
panjangnya adalah semakin rendah dibanding dengan kearah melintangnya. 
Resistivitas volumenya paling rendah adalah 109 ohm-cm, sedangkan tan 
ðnaik hingga 0,1. Muskopit mempunyai ketahanan abrasi yang lebih tinggi 
dibandingkan dengan plogofit. Sifat ini penting untuk menentukan pilihan
 bahan isolasi bagian – bagian yang bergerak, misalnya komutator.
               Suhu
 sampai terjadi penguapan (dehidrasi) pada muskovit adalah 500° hingga 
600° C, sedangkan untuk flugofit adalah 800° hingga 900° C. Untuk itu 
maka flugofit banyak digunakan pada peralatan rumah tangga, misalnya 
penyekat pemanggang, setrika dan sebagainya. Jenis – jenis plogofit yang
 banyak mengandung air (hydrated-flogopite) adalah agak lunak dan 
kemampuan isolasinya lebih rendah. Flogopit jenis ini mulai menunjukkan 
gejala kerusakan pada suhu 150° hingga 250° C.
               Maka
 biasanya diperoleh secara alami bersama – sama dengan mineral lainnya 
seperti kuarsa. Sering juga ditemukan sebagai jalur sepanjang 2cm hingga
 beberapa meeter pada pegmatit. Pegmatit merupakan sumber bahan yang 
murah untuk pembuatan muskovit komersial. Setelah diadakan penambangan, 
mika mentah ditingkatkan kualitasnya, dipotong dan dibersihkan dari 
bahan ikutan lainnya. Selanjutnya dibentuk menjadi lembaran – lembaran 
yang sesuai dengan standar masing – masing negara penghasil, misalnya 
empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebarnya 1 : 1 
hingga 1 : 3 dengan luas tertentu yang umumnya dibawah 1 m2. 
Ketebalan standar adalah 0,01 hingga 0,03 mm. Kandungan besi oksida atau
 mineral lainnya didalam mika disebut spot. Kandungan menyebabkan 
berkurangnya kemampuan isolasi mika.
               Bahan
 floureflogopit sintesis adalah bahan cadangan yang digunakan untuk 
menggantikan bahan mika alami. Bahan ini didapat dengan melelehkan jenis
 mika khusus didalam tanur tinggi pada suhu tinggi sehingga mika menjadi
 lumer dan kemudian dikristalisasi.
f.     Mikanit
               Mika
 diperoleh dari tambang dengan jumlah besar dengan ukuran atau dimensi 
yang tidak teratur sementara alat – alat listrik ukurannya tertentu dan 
bervariasi. Untuk keperluan itu  dibuat
 mikanit, yaitu mika yang dibuat sesuai dengan yang dikehendaki. 
Seringkali pada salah satu sisi mikanit dilapisi dengan kertas atau kain
 dengan tujuan untuk mendapatkan kekuatan mekanis yang lebih tinggi atau
 untuk menjaga agar tidak terjadi keretakan ketika mika dibengkokkan.
               Tujuan
 melapis – lapis mika dan kadang – kadang dengan tambahan lapisan kain, 
kertas atau pita ialah memperoleh tebal yang diinginkan sehingga 
mempertinggi daya sekat listrik dan menambah kekuatan mekanis, terutama 
agar tidak retak jika digulung atau dilipat (dengan lapisan mika).
Beberapa contoh mikanit dibahas dibawah ini :
Ø Mikanit Komutator
          Mikanit komutator mengandung bahan pengikat maksimum 4%, masa jenisnya 2,4 hingga 2,6 gr/cm3 ,
 digunakan untuk bahan isolasi antara lamel – lamel pada komutator mesin
 arus searah. Karena pada waktu pengerjaannya digunakan tekanan tinggi 
dan mengandung sedikit resin, maka bahan ini tahan arus walaupun 
mendapatkan tekanan yang tinggi dan suhu kerja 180° C. Itulah sebabnya 
mikanit ini tepat untuk penyekat lamel – lamel komutator. Kontraksi 
mekanit pada suhu 20° C tidak lebih dari 9% dengan tekanan hingga 600 
kg/cm2.
Ø Mikanit Lempengan
          Lempeng
 mekanit muskovit atau flagopit atau dari paduan keduanya dengan bahan 
pengikat sirlak atau gliptal. Perbandingan mika dengan campurannya pada 
pita mika adalah sekitar 4 : 1 . dalam hal ini lempengan diperlukan 
untuk isolasi yang tidak memerlukan bengkokan (misal untuk pembuatan 
cincin). Baik mekanit komutator maupun mekanit lempengan tergolong 
mekanit keras.
Ø Mikanit Cetakan 
          Mikanit
 ini dibuat berbagai bentuk sesuai dengan keperluan. Cara 
pembentukkannya adalah dengan memanasinya dan kemudian mencetaknya 
sebelum didinginkan. Penggunaannya antara lain sebagai pengisolasi 
antara poros dengan komutator dan antara poros dengan inti rotor. 
Mikanit cetakan dipabrikasi dengan ketebalan 0,1 hinga 0,5 mm dengan 
bahan pengikat sirlak atau gliptal dengan komposisi bahan pengikat 8 
hingga 25% dan sisanya adalah mika.
Ø Kertas Mika 
          Kertas
 mika termasuk jenis mikanit cetakan, dibuat dari muskovit atau flogopit
 dengan bahan pengikat sirlak atau resin sintesis, dipabrikasi dengan 
bentuk gulungan sebesar 0,4 m dengan tebal 0,15 hingga 0,3 mm, salah 
satu sisinya dilapisi dengan kertas setebal 0,05 hingga 0,06 mm. 
Penggunaannya adalah untuk membuat isolasi yang keras pada belitan 
jangkar mesin tegangan tinggi.
Ø Mikanit Fleksibel
                  Mikanit
 fleksibel diproduksi dalam bentuk lemmpengan dengan ketebalan 0,15 
hingga 0,06 mm, terbuat dari muskopit atau flogopit yang dilapisi dengan
 minyak vernis bitumen atau dilspisi minyak vernis gliptal. Mikanit 
fleksibel jenis lain adalah yang kedua sisinya dilapisi kertas dengan 
ketebalan 0,2 hingga 0,5 mm. Mikanit fleksibel yang tanpa pelapis kertas
 mengandung komposisi mika sebanyak 74 hingga 90% sedangkan yang 
dilapisi kertas mengandung mika sekitar 30%. Pada suhu kamar, mikanit 
fleksibel dapat dibengkokkan tanpa pemanasan. Penggunaannya antara lain 
sebagai pengisolasi yang fleksibel, pengisolasi alur pada mesin listrik.
Ø Pita Mika
             Biasanya
 tebalnya antara 0,1 sampai 0,18 mm dan dalam bentuk gulungan dengan 
lebar sedikitnya 40 cm. Gulungan tersebut kemudian dipotong – potong 
menjadi pita dengan lebar 12 sampai 35 cm.
             Pita
 mika dibuat dari muskovit atau flogopit, dilapisi vernis. Vernis yang 
digunakan berwarna muda (bening) dan tua (hitam). Yang warna muda lebih 
tahan panas dan khusus dipakai untuk lilitan rotorpada generator turbo 
sehingga sering dinamakan pita mika rotor. Kadang – kadang ada pula pita  mika yang dilapisi dengan sutera atau kain kaca.
             Ada
 pula salah satu jenis mika yang disebut samika. Samika dibuat dengan 
memanaskan serat mika hingga suhu 800 °C, kemudian merendamnya didalam 
larutan soda dan dimurnikan dengan asam chlorida atau asam sulfat encer.
 Selanjutnya mika yang sudah mengembang, bersama – sama dengan airnya, 
diangkat dan dijadikan bubur yang diberi beberapa macam pengikat (bahan 
organik) untuk kemudian dijadikan kertas mika tebal dan kemudian 
dipabrikasi dengan mesin pembuat kertas mika. Bahan pengikat maupun 
pelapisnya hendaknya sesuai dengan kelas mika (kelas C dan H), kecuali 
kalau akan digunakan pada suhu dibawah suhu kerja mika. Bahan pengikat 
yang sering digunakan adalah senyawa amonium fosfat atau kaca. Hasilnya 
disebut kertas slyudinit atau kertas samika. Dalam banyak hal bahan ini 
dapat menggantikan fungsi dari mikanit, kertas mika dan pita mika.
             Bahan
 isolasi mika sintetis perlu dipikirkan karena tingginya biaya pembuatan
 dan banyaknya limbah yang dihasilkan dalam pembuatan mikanit.