Konstruksi Transformator
Transformator sering juga disebut trafo memiliki konstruksi dan simbol seperti pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1 konstruksi dan simbol transformator
 
Keterangan dari gambar 1 :
N
P : jumlah lilitan primer
N
S : jumlah lilitan sekunder
V
P : tegangan primer
V
S : tegangan sekunder
Sebuah trafo terdiri dari kumparan dan inti besi. Biasanya terdapat 2
 buah kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Kedua 
kumparan ini tidak berhubungan secara fisik tetapi dihubungkan oleh 
medan magnet. Untuk meningkatkan induksi magnetik antara 2 kumparan maka
 ditambahkan inti besi seperti pada gambar 1.
Inti besi pada trafo dibedanya menjadi 2 macam yaitu :
 1.   1. Inti besi tipe Shell (Shell Core Transformator)
2.    2. Inti besi tipe tertutup (Closed Core Transformator)
Kedua jenis inti besi ini dapat dilihat seperti pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2 inti trafo
 
Pada
 trafo dengan inti besi berbentuk shell, kumparan dikelilingi oleh inti 
besi. Fluks magnetik pada inti besi tipe shell akan terbelah dua (lihat 
gambar 2). Sementara kumparan primer dan kumparan sekunder digulung 
bersamaan. Untuk trafo yang memiliki inti besi tipe tertutup.  Tidak ada
 pembagian fluk magnetik. Kumparan primer dan kumparan sekunder terpisah
 dan dihubungkan dengan inti besi. 
Inti
 besi trafo tidak dibuat berbentuk besi tunggal, tetapi dibuat dari 
pelat besi yang berlapis – lapis. Bentuk lapisan pelat besi pada inti 
trafo dapat dilihat seperti pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 3 inti besi berlapis pada trafo
 
Cara
 menghubungkan lapisan inti besi juga bermacam-macam. Beberapa cara yang
 umum digunakan dapat dilihat seperti pada gambar 4 berikut ini.

Gambar 4 cara menghubungkan lapisan inti besi pada trafo
 
Mengapa inti besi sebuah trafo harus dibuat berlapis-lapis?.
Untuk menjawab pertanyaan ini , kita terlebih dahulu harus 
mempelajari rugi-rugi yang terjadi pada inti besi. Rugi – rugi yang 
terjadi pada inti besi disebut “
iron losses “ (rugi-rugi besi). Kerugian pada inti besi terdiri dari :
1. 
Hysterisis losses (rugi-rugi histerisis)
Kerugian histerisis disebabkan oleh gesekan molekul yang melawan 
aliran gaya magnet di dalam inti besi. Gesekan molekul dalam inti besi 
ini menimbulkan panas. Panas yang timbul ini menunjukan kerugian energi,
 karena sebagian kecil energi listrik tidak dipindahkan , tetapi diubah 
bentuk menjadi energi panas. Panas yang tinggi juga dapat merusak trafo 
,sehingga pada trafo – trafo transmisi daya listrik ukuran besar, harus 
didinginkan dengan media pendingin. Umumnya digunakan minyak khusus 
untuk mendinginkan trafo ini.
Sebuah trafo didesain untuk bekerja pada rentang frekuensi tertentu. 
Menurunnya frekuensi arus listrik dapat menyebabkan meningkatnya 
rugi-rugi histerisis dan menurunkan kapasitas (VA) trafo.
2. Kerugian karena Eddy current (
eddy current losses)
Kerugian karena Eddy current disebabkan oleh aliran sirkulasi arus 
yang menginduksi logam. Ini disebabkan oleh aliran fluk magnetik 
disekitar inti besi. Karena inti besi trafo terbuat dari konduktor 
(umumnya besi lunak), maka arus Eddy yang menginduksi inti besi akan 
semakin besar. Eddy current dapat menyebabkan kerugian daya pada sebuah 
trafo karena pada saat terjadi induksi arus listrik pada inti besi, maka
 sejumlah energi listrik akan diubah menjadi panas. Ini merupakan 
kerugian.
Untuk mengurangi arus Eddy, maka inti besi trafo dibuat 
berlapis-lapis, tujuannya untuk memecah induksi arus Eddy yang terbentuk
 di dalam inti besi. Perbedaan induksi arus Eddy di dalam inti besi 
tunggal dengan inti besi berlapis dapat dilihat pada gambar 5 berikut 
ini.

Gambar 5 Inti besi utuh dan inti besi berlapis
 
3. Rugi-rugi tembaga (
copper losses)
Rugi – rugi yang ketiga adalah rugi-rugi tembaga (copper losses).
 Rugi-rugi tembag terjadi di kedua kumparan. Kumparan primer atau 
sekunder dibuat dari gulungan kawat tembaga yang dilapisi oleh isolator 
tipis yang disebut enamel. Umumnya kumparan dibuat dari gulungan kawat 
yang cukup panjang. Gulungan kawat yang panjang ini akan meningkatkan 
hambatan dalam kumparan. Pada saat trafo dialiri arus listrik maka 
hambatan kumparan ini akan mengubah sejumlah kecil arus listrik menjadi 
panas yaitu sebesar (i2R). Semakin besar harga R maka semakin
 besar pula energi panas yang timbul di dalam kumparan. Mutu kawat yang 
bagus dengan nilai hambatan jenis yang kecil dapat mengurangi rugi – 
rugi tembaga.
Sebuah trafo yang ideal diasumsikan:
- Tidak terjadi rugi-rugi hysterisis
 
- Tidak terjadi induksi arus Eddy
 
- Hambatan dalam kumparan = 0, akibatnya tidak ada rugi-rugi tembaga
 
Gulungan kawat pada kumparan trafo
Menggulung
 kawat pada kumparan trafo tidak dilakukan dengan sembarangan, tetapi 
mengikuti aturan tertentu. Pada trafo fase tunggal, terdapat 2 gulungan 
kumparan, yaitu gulungan pada kumparan primer yang terhubung langsung ke
 sumber arus listrik dan gulungan kumparan sekunder yang terhubung 
langsung ke beban. Perbandingan jumlah gulungan antara kumparan primer 
dan kumparan sekunder akan menentukan jenis trafo, apakah jenis step-up 
atau step-down. Bila gulungan kawat pada kumparan primer lebih banyak 
dibandingkan dengan gulungan kawat pada kumparan sekunder maka trafo 
akan berfungsi sebagai penurun tegangan atau step-down trafo. Sebaliknya
 jika gulungan kawat pada kumparan sekunder lebih banyak dari pada 
gulungan kawat pada kumparan primer, maka trafo akan berfungsi untuk 
menaikan tegangan atau step-up trafo. 
Jenis
 material kawat yang banyak digunakan untuk membuat kumparan adalah 
kawat tembaga. Kawat tembaga memiliki konduktivitas listrik yang bagus, 
tetapi memiliki berat yang besar. Untuk mengurangi berat transformator, 
sering juga digunakan jenis kawat aluminium. Kawat dengan bahan dasar 
aluminium memiliki berat jenis yang kecil, tetapi kawat ini tidak tahan 
terhadap panas dan konduktivitasnya masih lebih kecil dibandingkan 
dengan tembaga. 
Satu
 hal yang penting dalam menggulung kumparan trafo adalah arah gulungan 
(orientasi titik). Kumparan primer dan kumparan sekunder dapat digulung 
searah, tetapi dapat juga digulung berlawanan arah. Hal ini akan 
berpengaruh ke fasa arus listrik. Apabila kumparan primer dan kumparan 
sekunder digulung searah, maka fasa arus listrik pada kumparan primer 
akan sama dengan fasa arus listrik pada kumparan sekunder. Sebaliknya 
apabila arah gulungan kumparan primer dan sekunder berlawanan arah, maka
 fasa arus listrik pada kumparan primer akan berlawanan dengan fasa arus
 listrik pada kumparan sekunder. Untuk jelasnya dapat dilihat pada 
gambar 6 berikut ini.

Gambar 6 gulungan searah dan gulungan berlawanan
 
Trafo dapat digunakan untuk menaikan atau menurunkan tegangan. Trafo 
yang digunakan untuk menaikan tegangan disebut trafo step – up sedangkan
 trafo yang digunakan untuk menurunkan tegangan disebut trafo step-down.
 Pada trafo step – up tegangan pada sisi sekunder akan lebih tinggi dari
 tegangan pada sisi primer sebaliknya pada trafo step down tegangan sisi
 sekunder akan lebih rendah dari tegangan pada sisi primer. Selain trafo
 step-up dan trafo step –down juga ada trafo impedansi. Trafo impedansi 
tidak menaikan atau menurunkan tegangan, tetapi digunakan untuk 
menyesuaikan impedansi suatu rangkaian listrik atau dapat juga digunakan
 sebagai beban dan filter terhadap medan magnet.
Tegangan pada sisi primer (Vp) dan tegangan sekunder (Vs)
 ditentukan oleh jumlah lilitan kawat pada kumparan primer dan sekunder.
 Perbandingan antara lilitan kawat pada kumparan primer (Np) dan lilitan kawat pada kumparan sekunder (Ns) disebut rasio lilitan (n). Sedangkan perbandingan antara tegangan primer (Vp) dengan tegangan sekunder (Vs) disebut rasio tegangan. Besar rasio tegangan dengan rasio lilitan harus sama. Sehingga secara matematis dapat ditulis :
Persamaan 1 berlaku bila fluks medan magnet primerdan fluks medan magnet sekunder  sama. Rasio lilitan merupakan salah satu faktor penting dalam mendesain dan membuat trafo. 
Contoh 1
Sebuah
 trafo memiliki jumlah lilitan kumparan primer 1500 dan jumlah lilitan 
pada kumparan sekunder 500 hitunglah berapa rasio lilitan trafo 
tersebut. Bila pada sisi primer diberi tegangan listrik AC 300 V, 
hitunglah tegangan pada sisi sekunder bila fluks magnet primer dan 
sekunder sama.
Jawab 
Bila fluks medan magnet pada sisi primer dan sekunder sama, maka berlaku:
Cara kerja transfromator

Gambar 7 fluks medan magnet pada inti besi
 
Pada
 trafo kumparan primer dan kumparan sekunder tidak berhubungan sama 
sekali, jadi bagaimana daya listrik dapat berpindah dari primer ke 
sekunder?.
Penghubung
 antara kumparan primer dan kumparan sekunder adalah fluks medan magnet.
 Ketika kumparan primer dialiri arus listrik AC, maka pada kumparan 
primer akan timbul medan magnet disekelilingnya yang disebut mutual 
induktansi. Mutual induktansi ini bekerja menurut hukum Faraday tentang 
induksi magnet pada kawat yang dialiri arus listrik. Kuat medan magnet 
berubah dari nol hingga maksimum yang dinyatakan dengan 
 
Garis gaya magnet ini keluar dari kumparan primer dan diarahkan oleh 
inti besi. Fluk magnetik ini berputar di dalam inti besi seperti pada 
gambar 2. Fluks medan magnet berubah naik dan turun sesuai dengan sumber
 arus AC yang diberikan.
Besar medan magnet yang diinduksikan ke inti besi ditentukan oleh 
besarnya arus listrik dan jumlah lilitan kumparan. Semakin besar lilitan
 kumparan dan semakin besar arus listrik yang mengalir, maka semakin 
besar juga fluks medan magnet yang diinduksikan ke inti besi.
Ketika medan magnet ini memotong atau masuk ke kumparan sekunder, 
maka pada kumparan sekunder akan timbul gaya gerak listrik yang disebut 
tegangan induksi. Besar tegangan induksi ditentukan menurut hukum 
faraday yaitu :

Tegangan induksi ini tidak mengubah frekuensi, sehingga frekuensi 
pada kumparan primer akan sama dengan frekuensi pada kumparan sekunder.
Bila kira mempunyai sebuah trafo dengan 1 lilitan tunggal pada 
kumparan primer dan demikian juga dengan kumparan sekunder. Jika 
tegangan 1 volt diberikan pada kumparan primer dan diasumsikan tidak ada
 kerugian, arus listrik yang mengalir cukup untuk membangkitkan fluks 
medan magnet dan menghasilkan tegangan induksi sebesar 1 volt pada 1 
lilitan di kumparan sekunder. Ini yang disebut dengan besar tegangan per
 lilitan.
Jika fluk medan magnet bervariasi sebesar Φ = Φ
max sinωt,  maka hubungan antara induksi emf, (E) dan N diberikan :

Tegangan maksimum jika Cos(wt) = 1, atau

Tegangan rms (rms = 
root mean square) adalah :
Persamaan ini dikenal dengan nama 
transformer EMF equation. Untuk kumparan primer maka digunakan N
P
 dan untuk kumparan sekunder digunakan Ns. Trafo tidak dapat bekerja 
pada arus DC, karena arus DC tidak menimbulkan fluk medan magnet.
Contoh 2
Sebuah trafo mempunyai 480 lilitan pada kumparan primer dan 90 
lilitan pada kumparan sekunder. Fluk magnet maksimum sebesar 1,1 Tesla 
pada tegangan 2000 Volt dengan frekuensi 50 Hz, hitunglah :
- Fluks maksimum di inti besi
 
- Luas penampang inti
 
- Induksi emf sekunder
 
Jawab :
Fluks maksimum di inti besi

Luas penampang inti

Induksi emd sekunder
Daya Transformator
Daya trafo dinyatakan dalam satuan VA (Volt-Ampere). Untuk ukuran 
yang lebih besar dinyatakan dalam satuan kVA (kiloVolt-ampere). Pada 
trafo yang ideal, daya yang diberikan pada kumparan primer akan 
seluruhnya dipindahkan ke kumparan sekunder tanpa rugi-rugi. Trafo ideal
 tidak mengubah daya yang diberikan, hanya mengubah tegangan. Trafo 
hanya dapat menaikkan atau menurunkan tegangan tetapi tidak dapat 
menaikan daya listrik. Secara matematis, daya sebuah trafo dapat 
dituliskan :
Dimana θp dan θs adalah fase pada primer dan sekunder.
Efisiensi transformator
Sebuah
 trafo tidak membutuhkan bagian yang bergerak untuk memindahkan energi 
dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Ini berarti tidak ada 
kerugian karena gesekan atau hambatan udara seperti yang terdapat pada 
mesin – mesin listrik (contoh motor listrik dan generator). Namun di 
dalam trafo juga terdapat kerugian yang disebut rugi-rugi tembaga (copper losses) dan rugi-rugi besi (iron losses).
 Rugi-rugi tembaga terdapat pada kumparan primer dan kumparan sekunder, 
sedangkan rugi-rugi besi terdapat dalam inti besi. Rugi-rugi ini berupa 
panas yang dilepaskan akibat terjadinya Eddy current. Tetapi 
rugi-rugi ini sangat kecil. Efisiensi sebuah trafo dapat dihitung dengan
 membandingkan daya yang dikeluarkan di kumparan sekunder dengan daya 
yang diberikan pada kumparan primer. 
Sebuah
 trafo ideal akan memiliki efisiensi sebesar 100 %. Artinya semua daya 
yang diberikan pada kumparan primer dipindahkan ke kumparan sekunder 
tanpa ada kerugian. Sebuah trafo yang real memiliki efisiensi di bawah 
100% dan pada saat beban penuh (full load) efisiensi trafo 
berkisar pada harga 94 – 96%. Untuk trafo yang bekerja pada tegangan dan
 frekuensi yang konstan, efisiensi trafo dapat mencapai 98%. Efisiensi 
trafo dapat dinyatakan :
Transformator dengan banyak kumparan
Pada pembahasan sebelumnya kita hanya melihat trafo dengan 2 
kumparan, yaitu 1 kumparan primer dan 1 kumparan sekunder. Tetapi, trafo
 dapat dibuat dengan banyak kumparan, baik pada kumparan primer maupun 
pada kumparan sekunder. Trafo dengan banyak kumparan disebut 
multiple winding transformer.
Prinsip kerja trafo dengan banyak kumparan sama dengan trafo dengan 2
 kumparan. Perhitungan tegangan primer, tegangan sekunder, jumlah 
lilitan primer dan jumlah lilitan sekunder serta arah lilitan sama 
dengan perhitungan pada trafo dengan 2 kumparan. Hal yang perlu 
diperhatikan adalah polaritas tegangan pada kumparan, baik kumparan 
primer maupun kumparan sekunder. Gambar 7 menunjukan skema trafo dengan 
banyak kumparan.

Gambar 7 skema trafo dengan banyak kumparan
 
Gambar
 7 menunjukan sebuah trafo yang memiliki 2 kumparan primer dan 3 
kumparan sekunder. Kumparan primer trafo dapat dihubungkan secara seri 
atau paralel. Apabila hendak dihubungkan dengan tegangan yang lebih 
tinggi kumparan primer dapat dihubungkan seri. Bila kumparan primer 
dihubungkan secara parelel, maka kumparan primer dapat dialiri arus 
listrik yang lebih besar lagi. Demikian juga dengan kumparan sekunder. 
Bila dihubungkan secara seri, maka tegangan yang dihasilkan akan semakin
 besar, dan bila dihubungkan secara paralel, maka arus yang dihasilkan 
akan semakin besar. 
Proses
 menghubungkan 2 kumparan atau lebih, harus diperhatikan polaritas 
masing -masing kumparan. Kumparan yang dihubungkan seri atau paralel 
harus memiliki polaritas yang sama. Gambar 8 memberikan contoh cara 
menghubungkan kumparan -kumparan primer dan kumparan – kumparan 
sekunder.

Gambar 8 contoh gabungan beberapa kumparan pada trafo
 
Trafo certer tap (Trafo CT)
Trafo CT adalah trafo step-down yang kumparan sekundernya memiliki titik tengah (
center tap). Trafo ini digunakan untuk menciptakan 2 tegangan sekunder yang sama. Trafo CT digunakan untuk membuat 
power supply bipolar. Gambar 9 menunjukan skema trafo CT.

Gambar 9 skema trafo CT
 
Gambar 10 dan gambar 11 menunjukan 2 macam trafo step – down yang 
banyak digunakan pada saat ini. Gambar 10 menunjukan jenis trafo CT dan 
gambar 11 menunjukan jenis trafo engkel. Trafo engkel adalah sebutan 
untuk trafo standar yang memiliki 1 kumparan primer dan 1 kumparan 
sekunder.
Gambar 10 contoh trafo engkel
Gambar 11 contoh trafo CT