BAHAN PENYEKAT
A. Pengertian Bahan Penyekat
Bahan penyekat atau sering disebut dengan istilah isolasi
adalah suatu bahan yang digunakan dengan tujuan agar dapat memisahkan
bagian – bagian yang bertegangan atau bagian – bagian yang aktif.
Sehingga untuk bahan penyekat ini perlu diperhatikan mengenai sifat –
sifat dari bahan tersebut yang meliputi : sifat listrik, sifat mekanis,
sifat termal, ketahanan terhadap bahan kimia dan lain – lain.
Bahan
penyekat digunakan untuk memisahkan bagian – bagian yang beregangan.
Untuk itu pemakaian bahan penyekat perlu mempertimbangkan sifat
kelistrikannya. Disamping itu juga perlu mempertimbangkan sifat – sifat
bahan penyekat tersebut.
Sifat
kelistrikan mencakup resistivitas, permitivitas, dan kerugian
dielektrik. Penyekat membutuhkan bahan yang mempunyai resistivitas yang
besar agar arus yang bocor sekecil mungkin (dapat diabaikan). Yang perlu
diperhatikan disini adalah bahwa bahan isolasi yang higroskopis
hendaknya dipertimbangkan penggunaannya pada tempat – tempat yang lembab
karena resistivitasnya akan turun. Resistivitas juga akan turun jika
tegangan yang diberikan naik.
Besarnya
kapasitansi bahan isolasi yang berfungsi sebagai dielektrik ditentukan
oleh permitivitasnya, disamping jarak dan luas permukaannya. Besarnya
permitivitas udara adalah 1,00059, sedangkan untuk zat padat dan zat
cair selalu lebih besar dari itu. Apabila bahan isolasi diberi tegangan
bolak – balik maka akan terdapat energi yang diserap oleh bahan
tersebut. Besarnya kerugian energi yang diserap bahan isolasi tersebut
berbanding lurus dengan tegangan, frekuensi, kapasitansi, dan sudut
kerugian dielektrik. Sudut tersebut terletak antara arus kapasitif dan
arus total (Ic + Ir).
Suhu
juga berpengaruh terhadap kekuatan mekanis, kekerasan, viskositas,
ketahanan terhadap pengaruh kimia dan sebagainya. Bahan isolasi dapat
rusak diakibatkan oleh panas pada kurun waktu tertentu. Waktu tersebut
disebut umur panas bahan isolasi. Sedangkan kemampuan bahan menahan suhu
tertentu tanpa terjadi kerusakan disebut ketahanann panas. Menurut IEC (International Electrotehnical Commission)
didasarkan atas batas suhu kerja bahan, bahan isolasi yang digunakan
pada suhu dibawah nol (misal pada pesawat terbang, pegunungan) perlu
juga diperhitungkan karena pada suhu dibawah nol bahan isolasi akan
menjadi keras dan regas.
Pada
mesin – mesin listrik, kenaikan suhu pada penghantar dipengaruhi oleh
resistansi panas bahan isolasi. Bahan isolasi tersebut hendaknya mampu
meneruskan panas yang didesipasikan oleh penghantar atau rangkaian
magnetik keudara sekelilingnya.
Kemampuan
larut bahan isolasi, resistansi kimia, higroskopis, permeabilitas uap,
pengaruh tropis, dan resistansi radio aktif perlu dipertimbangkan pada
penggunaan tertentu. Kemampuan larut diperlukan dalam menentukan macam
bahan pelarut untuk suatu bahan dan dalam menguji kemampuan bahan
isolasi terhadap cairan tertentu selama diimpregnasi atau dalam
pemakaian. Kemampuan larut bahan padat dapat dihitung berdasarkan
banyaknya bagian permukaan bahan yang dapat larut setiap satuan waktu
jika diberi bahan pelarut. Umumnya kemampuan larut bahan akan bertambah
jika suhu dinaikkan. Ketahanan terhadap korosi akibat gas, air, asam,
basa dan garam bahan isolasi juga bervariasi antara satu pemakaian bahan
isolasi didaerah yang konsentrasi kimianya aktif, instalasi tegangan
tinggi, dan suhu diatas normal.
Uap
air dapat memperkecil daya isolasi bahan. Karena bahan isolasi juga
mempunyai sifat hiigroskopis maka selam penyimpanan atau pemakaian
diusahakan agar tidak terjadi penyerapan uap air oleh bahan isolasi,
dengan memberikan bahan penyerap uap air, yaitu senyawa P2O5 atau CaCl2. Bahan
yang molekulnya berisi kelompok hidroksil (OH) higroskopitasnya relatif
besar dibanding bahan parafin dan polietilin yang tidak dapat menyerap
uap air. Bahan isolasi hendaknya juga mempunyai permeabilitas uap
(kemampuan untuk dilewati uap) yang besar, khususnya bagi bahan yang
digunakan untuk isolasi kabel dan rumah kapasitor.
Didaerah
tropis basah dimungkinkan tumbuhnya jamur dan serangga. Suhu yang
tinggi yang disertai kelembaban dalam waktu lama dapat menyebabkan
turunnya kemampuan isolasi. Oleh karena bahan isolasi hendaknya dilapisi
bahan anti jamur (paranitro phenol, dan phenta chloro phenol).
Pemakaian
bahan isolasi sering dipengaruhi bermacam – macam energi radiasi yang
berpengaruh dan mengubah sifat bahan isolasi. Radiasi sinar matahari
mempengaruhi umur bahan, khususnya jika bersinggungan dengan oksigen.
Sinar ultra violet dapat merusak beberapa bahan organik, T yaitu
kekuatan mekanik dan elastisitas. Sinar X sinar – sinar dari rekator
nuklir, partikel – partikel radio isotop juga mempengaruhi kemampuan
bahan isolasi.
Sifat
mekanis bahan kekuatan tarik, modulus elastisitas, dan derajat
kekerasan bahan isolasi juga menjadi pertimbangan dalam memilih suatu
jenis bahan isolasi.
B. Sifat – Sifat Bahan Penyekat
Ada
beberapa sifat bahan penyekat yang perlu kita ketahui sebagai dasar
pemahaman kita tentang bahan penyekat. Sifat – sifat tersebut meliputi
sifat listrik, sifat mekanis, sifat termis dan sifat kimia.
a) Sifat Listrik
Sifat listrik yaitu
suatu bahan yang mempunyai tahanan jenis listrik yang besar agar dapat
mencegah terjadinya rambatan atau kebocoran arus listrik antara hantaran
yang berbeda tegangan atau dengan tanah. Karena pada kenyataannya
sering terjadi kebocoran, maka harus dibatasi sampai sekecil-kecilnya
agar tidak melebihi batas yang ditentukan oleh peraturan yang berlaku
(PUIL : peraturan umum instalasi listrik).
b) Sifat Mekanis
Mengingat
sangat luasnya pemakaian bahan penyekat, maka perlu dipertimbangkan
kekuatannya supaya dapat dibatasi hal-hal penyebab kerusakan karena
akibat salah pemakaian. Misal memerlukan bahan yang tahan terhadap
tarikan, maka dipilih bahan dari kain bukan dari kertas karena lain lebih kuat daripada kertas.
c) Sifat Termis
Panas yang timbul pada bahan akibat arus listrik atau arus gaya magnet
berpengaruh kepada penyekat termasuk pengaruh panas dari luar
sekitarnya. Apabila panas yang terjadi cukup tinggi, maka diperlukan
pemakaian penyekat yang tepat agar panas tersebut tidak merusak
penyekatnya.
d) Sifat Kimia
Akibat
panas yang cukup tinggi dapat mengubah susunan kimianya, begitu pula
kelembaban udara atau basah disekitarnya. Apabila kelembaban dan keadaan
basah tidak dapat dihindari, maka harus memilih bahan penyekat yang tahan air, termasuk juga kemungkinan adanya pengaruh zat-zat yang merusak seperti : gas, asam, garam, alkali, dan sebagainya.
C. Pembagian Kelas Bahan Penyekat
Bahan
penyekat listrik dapat dibagi atas beberapa kelas berdasarkan suhu
kerja maksimum. Klasifikasi bahan isolasi menurut IEC adalah seperti
ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel Pembagian kelas bahan Penyekat
KELAS
|
SUHU KERJA MAKSIMUM (°C)
|
KELAS
|
SUHU KERJA MAKSIMUM (°C)
|
Y
|
90
|
F
|
155
|
A
|
105
|
H
|
180
|
E
|
120
|
C
|
>180
|
B
|
130
|
· Kelas Y
Yang
dapat digolongkan dalam kelas Y adalah : katun, sutera alam wol
sintetis, rayon, serat poliamid, kertas, prespan, kayu, poliakrit,
polietilin, polivinil, karet.
· Kelas A
Yang
dapat digolongkan dalam kelas A adalah : bahan berserat dari kelas Y
yang telah dicelup dalam vernis, aspal, minyak trafo, email yang
dicampur vernis dan poliamid.
· Kelas E
Yang
dapat digolongkan dalam kelas E adalah : penyekat kawat email yang
memakai bahan pengikat polivinil formal, poli urethan dan damar epoksi
dan bahan pengikat lain semacam itu dengan bahan pengisi selulose,
pertinaks dan tekstolit, film triasetat, filem serat polietilin
tereftalat.
· Kelas B
Yang
dapat digolongkan dalam kelas B adalah : bahan nonorganik (mika, gelas,
fiber, asbes) dicelup atau direkat menjadi satu dengan pernis atau
konpon, bitumen, sirlak, bakelit dan sebagainya.
· Kelas F
Yang
dapat digolongkan dalam kelas F adalah : bahan bukan organik dicelup
dan direkat menjadi satu dengan epoksi, poliurethan, atau vernis yang
tahan panas tinggi.
· Kelas H
Yang
dapat digolongkan dalam kelas H adalah : semua bahan komposisi dengan
bahan dasar mika, asbes dan gelas fiber yang dicelup dalam silikon tanpa
campuran bahan berserat (kertas, katun, dan sebagainya). Dalam kelas
ini termasuk juga karet silikon dan email kawat poliamid murni.
· Kelas C
Yang
dapat digolongkan dalam kelas C adalah : bahan onorganik yang tidak
dicelup dan tidak diikat dengan subtansi organik, misalnya mika, mikanit
yang tahan panas (menggunakan bahan pengikat anorganik), mikaleks,
gelas, dan bahan keramik. Hanya satu bahan organik saja yang termasuk
kelas C yaitu polietra flouroetilin (teflon).
D. Macam – Macam Bentuk Bahan Penyekat
Dalam
penyekat dalam bahan listrik terbagi menjadi tiga yaitu penyekat bentuk
padat, penyekat bentuk cair dan penyekat bentuk gas. Akan tetapi pada
makalah ini kita akan membahas tentang bahan penyekat bentuk padat.
1) Penyekat Bentuk Padat
Beberapa bahan penyekat bentuk padat yang sesuai dengan asalnya diantaranya:
1. Bahan Tambang
Yang
dimaksud dengan isolasi bahan tambang adalah mineral atau bahan yang
asal mulanya didapat dari tambang dan digunakan sebagai isolasi pada
ikatan kimia atau keadaan alaminya tanpa proses kimia atau proses termal
sebelumnya. Bahan isolasi mineral tersebut misalnya batu pualam, batu
tulis, klorida, mika, dan mikanit.
a. Batu Pualam
Batu pualam ialah batu kapur (CaCO3)
yang keras atau dolomit yang dapat dipoles. Pualam merupakan bongkahan
batu yang besar yang kemudian dipotong – potong menjadi lempengan tebal
dengan ukuran tertentu. Bagian mukanya digerinda dengan gerinda
karborundum dan setelah cukup rata kemudian digosok dengan batu asah.
Yang terakhir adalah menggosokkan dengan menggunakan cakram berlapis
kain pemoles dan serbuk hijau (chromiun oksida) sebagai bahan tambahan
sehingga permukaannya menjadi mengkilat dengan warna yang sangat indah.
Warna batu pualam ada yang putih, kuning, kelabu, merah jambu, hitam dan
sebagainya, sesuai dengan piegmennya. Semakin padat dan licin maka
semakin kurang daya penyerapan airnya.
Yang
padat (tua) lebih mudah penggosokkannya. Batu pualam dapat dibor dengan
bor baja khusus. Batu pualam mempunyai sifat mudah pecah, berat (masa
jenis paling rendah 2,6 g/cm3), regas, mudah retak kalau
dipanasi dan didinginkan mendadak, dan sensitif terhadap asam. Untuk
mendapatkan batu pualam yang sifat kelistrikannya baik maka bahan perlu
diimpregnasi dengan parafin, polistirin, bitumen, minyak dan sebagainya.
Dalam teknik listrik batu pualam sudah jarang sekali dipakai, terdesak oleh bahan lain
yang secara teknis lebih baik dan mudah pengolahannya. Dahulu banyak
digunakan untuk bahan penghubung. Sekarang, karena rupanya yang indah
dan menarik, atu pualam banyak digunakan dalam bidang arsitektur.
b. Batu Tulis
Warnanya
abu – abu kehitaman. Strukturnya berlapis – lapis sehingga dapat
dibentuk sebagai papan. Penggunaannya seperti batu pualam (sebagai panel
papan hubung bagi), batu tulis lebih mudah pecah dibanding marmer,
tidak dapat dipoles, sifat kelistrikannya dan higroskopisnya dibawah
marmer, masa jenis 2,8 g/cm3 tahan terhadap asam dan panas.
c. Klorida
Bahan
ini warnanya abu – abu, sifat kelistrikan dan kekuatan mekanisnya
dibawah batu tulis, mudah dipotong, digergaji, dan dibor. Klorida padat
sangat higroskopis, jika akan dipakai sebagai isolator harus
diimpregnasi dengan resin, misalnya bakeli yang dicairkan.
d. Asbes
Serat
asbes yang ditemukan pada batu – batuan (tambang) pada umumnya pendek.
Pada suhu 300 °C hingga 400 °C asbes tidak mengalami perubahan kekuatan
mekanik, tetapi pada suhu lebih tinggi kandungan airnya akan hilang dan
kekuatan mekanisnya akan turun. Ketahanannya terhadap panas tersebut
adalah karena pori – porinya mudah dimasuki udara sehingga konduktivitas
panasnya akan menurun. Asbes meleleh pada suhu 1150 °C. Asbes yang
banyak mengandunf feri oksida akan menjadi semikonduktor. Untuk
menaikkan kemampuan isolasinya, asbes perlu diimpregnasi.
Asbes
merupakan bahan yang berserat, tidak kuat dan mudah putus sehingga
sebagai penyekat listrik sebenarnya kurang baik. Tetapi asbes mempunyai
keistimewaan tersendiri, yaitu tidak dapat terbakar (tahan terhadap
panas tinggi). Jadi, disamping sebagai penyekat listrik. Biasanya asbes
dipakai sebagai penyekat listrik untuk tegangan rendah.
Dalam
pemakaian, asbes dipintal menjadi semacam benang kasar. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan kekuatan mekanis yang lebih baik. Mengingat
keistimewaan asbes, yaitu mempunyai sifat tahan panas, maka asbes banyak
digunakan dalam peralatan listrik untuk keperluan rumah tangga,
misalnya setrika listrik, kompor listrik dan alat – alat pemanas
listrik.
Untuk
penyekat panas, elemen – elemen pemanas dibalut dengan benang asbes,
misalnya untuk mesin – mesin las dan pemanggang (oven). Asbes juga
dipergunakan pada mesin – mesin listrik yang bekerja dengan beban berat
dan tidak teratur, karena disitu akan timbul panas yang tinggi, misalnya
pada motor – motor tram listrik, derek dan kompresor.
Lilitan
– lilitan motor tersebut dibalut bukan dengan penyekat lain, tetapi
dengan asbes. Untuk memperingati daya sekat listriknya, asbes dicelup
dalam vernis, sirlak atau bahan penyekat lainnya hal tersebut juga
memperkuat daya mekanis dan menjadikannya lebih tahan air. Selain dibuat
benag, asbes dibuat lempeng – lempeng tipis yang disebut kertas asbes.
Serat – serat asbes dipres dengan dilapisi kertas ditambah dengan bahan
perekat, dipakai sebagai pembungkus elemen – elemen pemanas listrik.
Semen asbes dibuat dari bahan semen portland sebagai pengikat dan asbes
sebagai pengisi, dipres dalam keadaan dingin dan dibuat dalam bentuk
papan, lempeng, tabung/pipa dan untuk panel distribusi. Asbes banyak
sekali dijual sebagai barang jadi. Pada bentuk lempeng untuk penyekat
mungkin dapat terjadi bunga api, misalnya pada kontak – kontak
penghubung. Bentuk tabung/pipa dipakai untuk selongsong yang menghendaki
penyekatan.
e. Mika
Mika
merupakan isolasi mineral (bahan tambang). Tahanan listrik dan kekuatan
mekanisnya tinggi, tahan panas dan tahan dari pengaruh uap air, sangat
ringan, elastis, warnanya bening (transparan) dan licin mengkilat,
bentuknya berlapis – lapis. Pada suhu tinggi (diatas batas suhu kerja)
mika akan mengeluarkan air yang merupakan bagian dari susunannya.
Kebeningannya berkurang atau menjadi kusam. Dalam keadaan demikian mika
telah kehilangan kekuatan mekanisnya, mudah retak – retak sehingga daya
sekatnya berkurang. Pada suhu 1250 °C hingga 1300 °C susunn kristal mika
berubah sama sekali dan mulai meleleh.
Mika
digunakan sebagai isolasi pada mesin – mesin besar dengan tegangan
kerja yang tinggi, misalnya generatot turbo, generator hidro pada
pembangkit, motor – motor araksi. Disitu mika dipakai untuk menyekat
komulator antara lamel – lamel dan sebagai dielektrik kondensator. Mika
juga dapat digunakan untuk kaca penjenguk pada tungku – tungku (untuk
melihat dalam dari tungku). Selain daripada itu maka banyak dipakai
dalam industri alat – alat rumah tangga, untuk menyekat elemen – elemen
pemanas dan alat pemasak (kompor listrik), setrika listrik, pemanggang
roti dan lain sebagainya.
Mika
adalah mineral dengan kristal monoklin, yaitu kristal yang sumbu –
sumbu ruangnya (x, y, z) sama panjang, dua sudut antara sumbu – sumbu
sama yaitu 90°. Terdapat beberapa macam mika, diantaranya mika yang umum
dijumpai adalah muscovit dengan rumus kimia K2O.3Al2O3.6SiO2.2H2O dan flogofit dengan rumus kimia (K2O.6MgO. 3Al2O3. 6SiO2.2H2O).
Unsur dari mika jenis lain mungkin besi, natrium atau kalsium. Sifat
isolasi dan mekanis muskovit lebih baik dibanding flogofit. Permitivitas
mika adalah 4 sehingga 10. Sifat – sifat pengisolasian mika searah
panjangnya adalah semakin rendah dibanding dengan kearah melintangnya.
Resistivitas volumenya paling rendah adalah 109 ohm-cm, sedangkan tan
ðnaik hingga 0,1. Muskopit mempunyai ketahanan abrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan plogofit. Sifat ini penting untuk menentukan pilihan
bahan isolasi bagian – bagian yang bergerak, misalnya komutator.
Suhu
sampai terjadi penguapan (dehidrasi) pada muskovit adalah 500° hingga
600° C, sedangkan untuk flugofit adalah 800° hingga 900° C. Untuk itu
maka flugofit banyak digunakan pada peralatan rumah tangga, misalnya
penyekat pemanggang, setrika dan sebagainya. Jenis – jenis plogofit yang
banyak mengandung air (hydrated-flogopite) adalah agak lunak dan
kemampuan isolasinya lebih rendah. Flogopit jenis ini mulai menunjukkan
gejala kerusakan pada suhu 150° hingga 250° C.
Maka
biasanya diperoleh secara alami bersama – sama dengan mineral lainnya
seperti kuarsa. Sering juga ditemukan sebagai jalur sepanjang 2cm hingga
beberapa meeter pada pegmatit. Pegmatit merupakan sumber bahan yang
murah untuk pembuatan muskovit komersial. Setelah diadakan penambangan,
mika mentah ditingkatkan kualitasnya, dipotong dan dibersihkan dari
bahan ikutan lainnya. Selanjutnya dibentuk menjadi lembaran – lembaran
yang sesuai dengan standar masing – masing negara penghasil, misalnya
empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebarnya 1 : 1
hingga 1 : 3 dengan luas tertentu yang umumnya dibawah 1 m2.
Ketebalan standar adalah 0,01 hingga 0,03 mm. Kandungan besi oksida atau
mineral lainnya didalam mika disebut spot. Kandungan menyebabkan
berkurangnya kemampuan isolasi mika.
Bahan
floureflogopit sintesis adalah bahan cadangan yang digunakan untuk
menggantikan bahan mika alami. Bahan ini didapat dengan melelehkan jenis
mika khusus didalam tanur tinggi pada suhu tinggi sehingga mika menjadi
lumer dan kemudian dikristalisasi.
f. Mikanit
Mika
diperoleh dari tambang dengan jumlah besar dengan ukuran atau dimensi
yang tidak teratur sementara alat – alat listrik ukurannya tertentu dan
bervariasi. Untuk keperluan itu dibuat
mikanit, yaitu mika yang dibuat sesuai dengan yang dikehendaki.
Seringkali pada salah satu sisi mikanit dilapisi dengan kertas atau kain
dengan tujuan untuk mendapatkan kekuatan mekanis yang lebih tinggi atau
untuk menjaga agar tidak terjadi keretakan ketika mika dibengkokkan.
Tujuan
melapis – lapis mika dan kadang – kadang dengan tambahan lapisan kain,
kertas atau pita ialah memperoleh tebal yang diinginkan sehingga
mempertinggi daya sekat listrik dan menambah kekuatan mekanis, terutama
agar tidak retak jika digulung atau dilipat (dengan lapisan mika).
Beberapa contoh mikanit dibahas dibawah ini :
Ø Mikanit Komutator
Mikanit komutator mengandung bahan pengikat maksimum 4%, masa jenisnya 2,4 hingga 2,6 gr/cm3 ,
digunakan untuk bahan isolasi antara lamel – lamel pada komutator mesin
arus searah. Karena pada waktu pengerjaannya digunakan tekanan tinggi
dan mengandung sedikit resin, maka bahan ini tahan arus walaupun
mendapatkan tekanan yang tinggi dan suhu kerja 180° C. Itulah sebabnya
mikanit ini tepat untuk penyekat lamel – lamel komutator. Kontraksi
mekanit pada suhu 20° C tidak lebih dari 9% dengan tekanan hingga 600
kg/cm2.
Ø Mikanit Lempengan
Lempeng
mekanit muskovit atau flagopit atau dari paduan keduanya dengan bahan
pengikat sirlak atau gliptal. Perbandingan mika dengan campurannya pada
pita mika adalah sekitar 4 : 1 . dalam hal ini lempengan diperlukan
untuk isolasi yang tidak memerlukan bengkokan (misal untuk pembuatan
cincin). Baik mekanit komutator maupun mekanit lempengan tergolong
mekanit keras.
Ø Mikanit Cetakan
Mikanit
ini dibuat berbagai bentuk sesuai dengan keperluan. Cara
pembentukkannya adalah dengan memanasinya dan kemudian mencetaknya
sebelum didinginkan. Penggunaannya antara lain sebagai pengisolasi
antara poros dengan komutator dan antara poros dengan inti rotor.
Mikanit cetakan dipabrikasi dengan ketebalan 0,1 hinga 0,5 mm dengan
bahan pengikat sirlak atau gliptal dengan komposisi bahan pengikat 8
hingga 25% dan sisanya adalah mika.
Ø Kertas Mika
Kertas
mika termasuk jenis mikanit cetakan, dibuat dari muskovit atau flogopit
dengan bahan pengikat sirlak atau resin sintesis, dipabrikasi dengan
bentuk gulungan sebesar 0,4 m dengan tebal 0,15 hingga 0,3 mm, salah
satu sisinya dilapisi dengan kertas setebal 0,05 hingga 0,06 mm.
Penggunaannya adalah untuk membuat isolasi yang keras pada belitan
jangkar mesin tegangan tinggi.
Ø Mikanit Fleksibel
Mikanit
fleksibel diproduksi dalam bentuk lemmpengan dengan ketebalan 0,15
hingga 0,06 mm, terbuat dari muskopit atau flogopit yang dilapisi dengan
minyak vernis bitumen atau dilspisi minyak vernis gliptal. Mikanit
fleksibel jenis lain adalah yang kedua sisinya dilapisi kertas dengan
ketebalan 0,2 hingga 0,5 mm. Mikanit fleksibel yang tanpa pelapis kertas
mengandung komposisi mika sebanyak 74 hingga 90% sedangkan yang
dilapisi kertas mengandung mika sekitar 30%. Pada suhu kamar, mikanit
fleksibel dapat dibengkokkan tanpa pemanasan. Penggunaannya antara lain
sebagai pengisolasi yang fleksibel, pengisolasi alur pada mesin listrik.
Ø Pita Mika
Biasanya
tebalnya antara 0,1 sampai 0,18 mm dan dalam bentuk gulungan dengan
lebar sedikitnya 40 cm. Gulungan tersebut kemudian dipotong – potong
menjadi pita dengan lebar 12 sampai 35 cm.
Pita
mika dibuat dari muskovit atau flogopit, dilapisi vernis. Vernis yang
digunakan berwarna muda (bening) dan tua (hitam). Yang warna muda lebih
tahan panas dan khusus dipakai untuk lilitan rotorpada generator turbo
sehingga sering dinamakan pita mika rotor. Kadang – kadang ada pula pita mika yang dilapisi dengan sutera atau kain kaca.
Ada
pula salah satu jenis mika yang disebut samika. Samika dibuat dengan
memanaskan serat mika hingga suhu 800 °C, kemudian merendamnya didalam
larutan soda dan dimurnikan dengan asam chlorida atau asam sulfat encer.
Selanjutnya mika yang sudah mengembang, bersama – sama dengan airnya,
diangkat dan dijadikan bubur yang diberi beberapa macam pengikat (bahan
organik) untuk kemudian dijadikan kertas mika tebal dan kemudian
dipabrikasi dengan mesin pembuat kertas mika. Bahan pengikat maupun
pelapisnya hendaknya sesuai dengan kelas mika (kelas C dan H), kecuali
kalau akan digunakan pada suhu dibawah suhu kerja mika. Bahan pengikat
yang sering digunakan adalah senyawa amonium fosfat atau kaca. Hasilnya
disebut kertas slyudinit atau kertas samika. Dalam banyak hal bahan ini
dapat menggantikan fungsi dari mikanit, kertas mika dan pita mika.
Bahan
isolasi mika sintetis perlu dipikirkan karena tingginya biaya pembuatan
dan banyaknya limbah yang dihasilkan dalam pembuatan mikanit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar