Rabu, 04 September 2013

ETAP (Electric Transient Analysis Program)


ETAP (Electric Transient Analysis Program) merupakan suatu software (perangkat lunak) yang digunakan suatu sistem tenaga listrik. Perangkat ini dapat bekerja dalam keadaan offline yaitu untuk simulasi tenaga listrik, dan juga dalam keadaan online untuk pengelolaan data real time. Analisa tenaga listrik yang daoat dilakukan dengan menggunakan ETAP antara lain :
  • Analisa Aliran Daya (Load Flow Analysis)
  • Analisa Hubung Singkat (Short Circuit Analysis)
  • Motor Starting
  • Arc Flash Analysis
  • Harmonics Power System
  • Analisa Kestabilan Transien (Transient Stability Analysis)
  • Protective Device Coordination
  • Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja menggunakan ETAP antara lain

One Line Diagram, merupakan notasi yang disederhanakan untuk sebuah sistem tenaga listrik tiga fasa. Sebagai ganti dari representasi saluran tiga fasa yang terpisah, digunakanlah sebuah konduktor. Hal ini memudahkan dalam pembacaan diagram maupun dalam analisa rangkaian
Library, merupakan informasi mengenai semua peralatan yang akan dipakai dalam sistem kelistrikan. Data elektris maupun mekanis dari peralatan yang lengkap dapat mempermudah dan memperbaiki hasil simulasi ataupun analisa
Standar yang dipakai, biasanya mengacu pada standar IEC dan ANSI. Perbedaan antara standar IEC dan ANSI terletak pada standar frekuensi yang digunakan yang mengakibatkan perbedaan spesifikasi peralatan yang digunakan. Jika pada standar IEC nilai frekuensi yang digunakan adalah 50 Hz, sedangkan pada standar ANSI nilai frekuensi yang digunakan adalah 60 HZ



Standar IEC    Standar ANSI
Study Case, berisikan parameter-parameter yang berhubungan dengan metode studi yang akan dilakukan dan format hasil analisa

Di bawah ini merupakan gambar dari perangkat ETAP

Berikut ini merupakan beberapa elemen yang digunakan dalam single line diagram
Generator
Merupakan suatu mesin listrik yang berfungsi untuk membangkitkan listrik

Transformator
Merupakan peralatan yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan dengan rasio tertentu sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan
            
Standar ANSI            Standar IEC
Pemutus Rangkaian (Circuit Breaker)
Merupakan peralatan yang berfungsi untuk untuk melindungi sebuah rangkaian listrik dari kerusakan yang disebabkan oleh kelebihan beban atau hubungan pendek.

Circuit Breaker untuk High Voltage dan Low Voltage
Beban
Terdapat 2 beban dalam ETAP, yaitu Static Load dan Lumped Load
            
Static Load        Lumped Load
Dari sekian analisa yang dapat dilakukan menggunakan ETAP, terdapat tiga analisa yang akan dibahas kali ini. Analisa tersebut yaitu Load Flow Analysis (Analisa Aliran Daya), Short Circuit Analysis (Analisa Hubung Singkat), dan Motor Acceleration Analysis.
  1. Load Flow Analysis (Analisa Aliran Daya)
Analisa aliran daya merupakan suatu analisa aliran daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) dari suatu sistem pembangkit (sisi pengirim) melalui suatu saliran transmisi hingga sampai ke beban (sisi penerima). Idealnya, daya yang dikirim akan sama dengan daya yang diterimadi beban adalah sama. Namun pada kenyataannya, daya yang dikirim di sisi pengirim tidak sama dengan daya yang diterima di sisi beban. Hal ini disebabkan beberapa hal
  1. Impedansi di saluran transmisi.
    Impedansi di saluran transmisi dapat terjadi karena berbagai hal dan sudah mencakup resultan antara hambatan resistif, induktif dan kapasitif. Hal ini yang menyebabkan rugi-rugi daya karena terkonversi atau terbuang menjadi energi lain dalam transfer energi.
  2. Tipe beban yang tersambung jalur.
    Ada 3 tipe beban, yaitu resistif, induktif, dan kapasitif. Resultan antara besaran hambatan kapasitif dan induktif akan mempengaruhi PF sehingga mempengaruhi perbandingan antara besarnya daya yang ditransfer dengan yang diterima.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menghitung aliran daya, antara lain
  • Accelerated Gauss-Seidel Method
  • Hanya butuh sedikit nilai masukan, tetapi lambat dalam kecepatan perhitungan.

  • Newton Raphson Method
  • Cepat dalam perhitungan tetapi membutuhkan banyak nilai masukan dan parameter.
  • First Order Derivative digunakan untuk mempercepat perhitungan.

  • Fast Decoupled Method
  • Dua set persamaan iterasi, antara sudut tegangan, daya reaktif dengan magnitude tegangan
  • Cepat dalam perhitungan namun kurang presisi
  • Baik untuk sistem radial dan sistem dengan jalur panjang

Pada analisa aliran daya ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik aliran daya yang berupa pengaruh dari variasi beban dan rugi-rugi transmisi pada aliran daya dan juga mengetahui adanya tegangan jatuh (drop voltage) pada sisi beban.
Contoh hasil analisis aliran daya

  1. Short Circuit Analysis (Analisa Hubung Singkat)
Hubung Singkat (Short Circuit) adalah suatu peristiwa terjadinya hubungan bertegangan atau penghantar tidak bertegangan secara langsung tidak melalui media (resistor/beban) yang semestinya sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal (sangat besar) yang biasa disebut arus hubung singkat. Adanya hubung singkat menimbulkan arus lebih yang pada umumnya jauh lebih besar daripada arus pengenal peralatan dan terjadi penurunan tegangan pada sistem tenaga listrik, sehingga bila gangguan tidak segera dihilangkan dapat merusak peralatan dalam sistem tersebut. Besarnya arus hubung singkat yang terjadi sangat dipengaruhi oleh jumlah pembangkit yang masuk pada sistem, letak gangguan dan jenis gangguan.
Ada 2 jenis gangguan hubung singkat berdasarkan jenis arus gangguannya, yaitu gangguan simetris dan gangguan asimetris. Gangguan simetris adalah gangguan yang arus gangguannya seimbang, dan sebaliknya gangguan asimetris adalah gangguan yang arus gangguannya tidak seimbang. Perhitungan tegangan dan arus pada titik hubung singkat dapat dilakukan apabila sistem sederhana atau seimbang. Apabila sistem tidak seimbang maka digunakan metode komponen simetri untuk menganalisanya.
Tiga komponen simetris antara lain:
  1. Komponen Urutan Positif (Positive Sequence Component)
    Merupakan komponen yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa 1200 dan mempunyai urutan fasa yang sama dengan fasor aslinya (ditandai dengan subscript 1)
  2. Komponen Urutan Negatif (Negative Sequence Component)
    Merupakan komponen yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa 1200 dan mempunyai urutan fasa yang berbeda dengan fasor aslinya (ditandai dengan subscript 2)
  3. Komponen Urutan Nol (Zero Sequence Component)
    Merupakan komponen yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan tidak ada pergeseran fasa antara fasor yang satu dengan yang lain (ditandai dengan subscript 0)

Selain berdasarkan jenis arus gangguannya, ada juga gangguan hubung singkat lainnya dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa, 2 phasa, 2 phasa ke tanah, dan satu phasa ke tanah. Tabel berikut menunjukkan berbagai jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik:







  1. Motor Acceleration Analysis
Masalah pada saat starting motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada motor-motor induksi tiga fasa yang memiliki kapasitas yang besar. Selama periode waktu starting, motor pada sistem akan dianggap sebagai sebuah impedansi kecil yang terhubung dengan sebuah bus. Motor akan mengambil arus yang besar dari sistem, sekitar enam kali arus ratingnya, dan bisa menyebabkan voltage drop pada sistem serta menyebabkan gangguan pada operasi beban yang lain. Hal ini dikarenakan pada motor, khususnya motor induksi, akan terjadi lonjakan arus pada saat starting. Lonjakan arus ini disebabkan oleh kondisi motor yang masih diam saat akan distart. Karena rotor belum bergerak, kecepatan relatif rotor terhadap medan magnet putar saat start akan maksimal sehingga tegangan yang diinduksikannya akan maksimal pula dan mengakibatkan nilai arus yang mengalir akan sangat besar.
Hal lain yang menyebabkan lonjakan arus tersebut adalah adanya inrush current, yang disebabkan oleh sifat motor yang dianalogikan sebagai suatu induktor besar. Resistansi motor sangat kecil bila dibandingkan dengan induktansinya, sehingga saat starting, di mana induktansi motor masih bisa diabaikan, impedansinya hanya berasal dari resistansi yang bernilai kecil, dan menyebabkan arus yang mengalir akan sangat tinggi nilainya.
Walaupun arus start yang besar tersebut hanya berlangsung dalam waktu yang cukup singkat, namun hal tersebut juga menyebabkan jatuh tegangan (voltage drop) sesaat yang disebut dengan voltage dip. Voltage Dip adalah penurunan tegangan antara (10 – 90) % dari tegangan nominal yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat (0,5 cycle – beberapa detik). Efek yang merugikan akibat voltage dip ini meliputi :
1.     Torsi yang bersifat transient yang dapat menyebabkan stress (tekanan) yang berlebih pada sistem mekanisnya.
2.     Menghambat akselerasi (percepatan) putaran motor menuju kecepatan normal.
3.     Kegagalan kerja dari peralatan – peralatan lainnya seperti relay, contactor dan menyebabkan flicker cahaya yang cukup mengganggu.
Demi menjaga gar motor tetap beroperasi dan mencegah kegagalan kerja motor untuk mencapai kecepatan nominalnya, maka sebaiknya voltage dip tidak sampai di bawah 70% dari tegangan nominal. Ini dengan menganggap bahwa flicker cahaya bukanlah suatu hal yang mengganggu. Namun, jika faktor kualitas operasional dan pelayanan adalah hal yang utama, maka batasan voltage dip yang diizinkan adalah 10%.
Untuk menanggualangi lonjakan arus ini, dapat digunakan beberapa cara starting motor induksi, antara lain:
a. Direct On Line starter
Direct On Line starter merupakan starting langsung. Penggunaan metoda ini sering dilakukan untuk motor-motor ac yang mempunyai kapasitas daya yang kecil. Pengertian penyambungan langsung disini, motor yang akan dijalankan langsung di switch on ke sumber tegangan jala-jala sesuai dengan besar tegangan nominal motor. Artinya tidak perlu mengatur atau menurunkan tegangan pada saat starting (lihat gambar).

Besar arus startnya dari 4 sampai 7 dari arus beban penuhnya (bila tidak diketahui biasanya dipakai 6x arus beban penuhnya). Starter ini terdiri dari Breaker sebagai proteksi hubung singkat, Magnetik Contactor, Over Currrent Relay dan komponen control seperti push button, MCB dan pilot lamp. Kontrol Start dan Stop dilakukan dengan push button yang mengontrol tegangan pada coil contactor. Sementara itu output OCR terangkai secara serrie sehingga jika OCR trip, maka output OCR akan melepas tegangan ke coil contactor. Komponen penyusun starter ini harus mempunyai ampacity yang cukup besar. Perlu diperhitungkan juga arus saat start motor, demikian juga ukuran range overloadnya.

b. Star Delta starter
Starter ini mengurangi lonjakan arus dan torsi pada saat start. Tersusun atas 3 buah contactor yaitu Main Contactor, Star Contactor dan Delta Contactor, Timer untuk pengalihan dari Star ke Delta serta sebuah overload relay. Pada saat start, starter terhubung secara Star. Gulungan stator hanya menerima tegangan sekitar 0,578 (seper akar tiga) dari tegangan line. Jadi arus dan torsi yang dihasilkan akan lebih kecil dari pada DOL Starter. Setelah mendekati speed normal starter akan berpindah menjadi terkoneksi secara Delta. Starter ini akan bekerja dengan baik jika saat start motor tidak terbebani dengan berat.

Pada star delta starter, arus yang mengalir adalah

dimana,
IDOL= Arus start langsung
c. Autotransformer starter
Starting dengan cara ini adalah dengan menghubungkan motor pada tap tegangan sekunder autotransformer terendah. Setelah beberapa saat motor dipercepat tap autotransformer diputuskan dari rangkaian dan motor terhubung langsung pada tegangan penuh.

Pada autotransformer starter, arus yang mengalir adalah

dmana :
Vm     = Tegangan sekunder dari Auto-Transformer
V1     = Tegangan supply
IDOL     = Arus start langsung

d. Soft starter
Soft starter dipergunakan untuk mengatur/ memperhalus start dari elektrik motor. Prisip kerjanya adalah dengan mengatur tegangan yang masuk ke motor. Pertama-tama motor hanya diberikan tegangan yang rendah sehingga arus dan torsipun juga rendah. Pada level ini motor hanya sekedar bergerak perlahan dan tidak menimbulkan kejutan. Selanjutnya tegangan akan dinaikan secara bertahap sampai ke nominal tegangannya dan motor akan berputar dengan dengan kondisi RPM yang nominal.

Komponen utama softstarter adalah thyristor dan rangkaian yang mengatur trigger thyristor. Seperti diketahui, output thyristor dapat di atur via pin gate nya. Rangkaian tersebut akan mengontrol level tegangan yang akan dikeluarkan oleh thyristor. Thyristor yang terpasang bisa pada 2 phase atau 3 phase.

Selain untuk starting motor, Softstarter juga dilengkapi fitur soft stop. Jadi saat stop, tegangan juga dikurangi secara perlahan atau tidak dilepaskan begitu saja seperti pada starter yang menggunakan contactor.

e. Frequency drive
Frequency Drive sering disebut juga dengan VSD (Variable Speed Drive), VFD (Variable frequency Drive) atau Inverter. VSD terdiri dari 2 bagian utama yaitu penyearah tegangan AC (50 atau 60 HZ) ke DC dan bagian kedua adalah membalikan dari DC ke tegangan AC dengan frequency yang diinginkan. VSD memanfaatkan sifat motor sesuai dengan rumus sbb:

di mana RPM = kecepatan merupakan putaran dalam motor
f = frekuensi
p = jumlah kutub motor
Dengan demikian jika frekuensi motor ditingkatkan maka akan meningkatkan kecepatan motor, sebaliknya dengan memperkecil frekuensi akan memperlambat kecepatan motor.
Pengendalian frekuensi motor menggunakan rangkaian inverter, seperti pada gambar:

Prinsip kerja inverter yang sedehana adalah :
  • Tegangan yang masuk dari jala jala 50 Hz dialirkan ke board Rectifier/ penyearah DC, dan ditampung ke bank capacitor. Jadi dari AC di jadikan DC.
  • Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC kembali dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang komponen utamanya adalah Semiconduktor aktif seperti IGBT (Insulated Gate Bipolar Transistor). Dengan menggunakan frekuensi carrier (bisa sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah dan dimodulasi sehingga keluar tegangan dan frekuensi yang diinginkan.
Pengontrolan start, stop, jogging dll bisa dilakukan dengan dua cara yaitu via local dan remote. Local maksudnya adalah dengan menekan tombol pada keypad di inverternya. Sedangkan remote dengan menghubungkan terminal di board control dengan tombol external seperti push button atau switch. Masing masing option tersebut mempunyai kelemahan dan keunggulan sendiri sendiri.
Frekuensi dikontrol dengan berbagai macam cara yaitu : melalui keypad (local), dengan external potensiometer, Input 0 ~ 10 VDC , 4 ~ 20 mA atau dengan preset memori. Semua itu bisa dilakukan dengan mengisi parameter program yang sesuai.
Pada tabel berikut diberikan perbandingan performa dari aneka metode yang umum digunakan sebagai metode soft starting pada motor induksi, khususnya motor induksi tiga fasa.

Dasar Analisa Load Flow menggunakan ETAP


copypaste from : http://perseverance-coretanboyodindut.blogspot.com/2011/02/dasar-analisa-load-flow-dengan-etap.html
Dalam program electrical simulator (ETAP) terdapat beberapa jenis studi yang biasanya digunakan untuk menganalisa kelistrikan suatu industri. Beberapa analisa tersebut diantaranya Studi Load Flow, Studi Short Circuit, Simulasi Stabilitas Transient, dan Studi Motor Starting. Berikut adalah penjelasan singkat salah satu analisa tersebut.
A. Metode Perhitungan Load Flow
Pada studi load flow, kami menggunakan metode Newton-Raphson. Metode Newton-Raphson diformulasikan dan diselesaikan secara iterative melalui persamaan load flow berikut ini:

Dimana ΔP dan ΔQ adalah perbandingan vector bus untuk daya nyata dan daya reaktif antara nilai nyata dan nilai perhitungan, secara respektif. Sedangkan ΔV dan Δδ mencerminkan sudut dan besar dari tegangan bus pada form tambahan dan J1 hingga J4 disebut sebagai matriks Jacobian.
B. Data yang diperlukan untuk Load Flow
Data Bus :
a. Nominal kV, %V and sudut tegangan (ketika initial condition diset untuk tegangan bus)
b. Load Diversity Factor (ketika pembebanan diset dengan menggunakan Diversity Factor)
Data Branch (Transformator, jaringan transmisi, kabel, reaktor, dan impedansi) :
a. Nilai dan satuan cabang Z, R, X atau X/R, toleransi, dan temperatur jika tersedia
b. Kabel dan jaringan transmisi, panjang dan satuan
c. Rating transformator dalam kV dank VA/MVA, tap, dan setingan LTC
d. Base impedansi dalam kV dan base kVA/MVA
Data Generator Sinkron:
a. Mode Operasi (Swing, Voltage Control atau Mvar Control)
b. Rating kV
c. %V, dan sudut untuk mode operasi dari swing
d. %V, beban dalam MW, dan batas MVAR (Qmin dan Qmax) untuk mode operasiVoltage Control
e. Pembebanan MW dan Mvar untuk mode operasi Mvar control
Data Motor Induksi :
a. Rating kW/HP dan kV
b. Power faktor dan efisiensi pada pembebanan 100%, 75% dan 50 %
c. % loading yaitu persen pembebanan pada motor
d. Data kabel motor jika ada
Data untuk Beban Statis (Static Load) :
a. Rating kVA/MVA dan kV
b. Power Faktor
c. % pembebanan dan ID untuk kategori pembebanan
d. Data kabel dari peralatan
Data Beban yang digabung (Lumped Load):
a. Rating kVA dan kV
b. Power factor
c. % loading yaitu persen pembebanan pada motor

C. Kriteria Desain Load Flow
Studi dari Load Flow dibuat pada kondisi operasi normal pada konfigurasi system. Daftar dari kriteria yang digunakan pada studi adalah sebagai berikut :
Table1.  Kriteria dari Analisa Load Flow

Perhitungan load flow menghasilkan:
a. Power Flow dan Power faktor
b.Bus Voltage
c. Bus Loading
d. Tap Transformator
e. Losses
f. Branch flows dan voltage drops
g.Konsumsi daya beban

MENCARI GMR DAN GMD SALURAN TRANSMISI


TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH SISTEM TENAGA LISTRIK

SOAL

    Bagaimana cara menghitung nilai GMD dan GMR? Berikan contoh perhitungannya!

JAWABAN

Saluran transmisi merupakan salah satu bagian dari komponen sistem transmisi tenaga listrik yang berfungsi untuk mengalirkan atau mengirim tenaga listrik dari suatu tempat ke tempat lain, misalnya dari pembangkit ke sistem distribusi pada sistem tenaga listrik. Pada dasarnya terdapat tiga buah elemen pada saluran transmisi dalam sistem tenaga listrik, yaitu :
  1. Konduktor
  2. Isolator
  3. Infrastruktur tiang penyangga
Konduktor merupakan elemen yang berfungsi untuk mengirim atau menghantarkan tenaga listrik. Konduktor yang digunakan pada saluran transmisi ini terbuat dari logam. Jenis-jenis logam yang biasa digunakan untuk konduktor adalah tembaga (Cu), aluminium dan steel. Berikut karakteristik dari tembaga, aluminium dan steel secara umum:
Tabel 1. Karakteristik Tembaga, Aluminium dan Steel
No.
Jenis Logam
Karakteristik
1
Tembaga
  • Biasanya digunakan pada saluran yang tidak membutuhkan konstruksi berat
  • Lebih mahal dibandingkan aluminium
  • Berat tembaga sekitar 3 kali berat aluminium
  • Titik leleh > 1000oC
2
Aluminium
  • Lebih murah dibandingkan tembaga
  • Lebih ringan dibanding aluminium
  • Titik leleh sekitar 700oC
3
Steel
  • Berat
  • Lebih kaku/molekulnya lebih rapat dibandingkan tembaga dan aluminium
  • Titik leleh lebih tinggi dibanding tembaga dan aluminium
    Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kabel atau saluran transmisi putus adalah :
  1. Tersandar pohon, misalnya tempat saluran transmisinya di gunung
  2. Sambaran petir, jika beban puncak dan melebihi titik leleh konduktor
  3. Binatang, seperti ular dan tikus.
Isolator merupakan elemen yang berfungsi untuk memisahkan bagian konduktor bertegangan terhadap ground dan berfungsi juga sebagai konstruksi. Isolator yang biasa digunakan biasanya terbuat dari bahan polietelin, plastik, kertas dan bahkan udara pun dapat digunakan sebagai isolator. Kawat konduktor pada saluran transmisi tegangan tinggi biasanya tidak menggunakan pelindung atau isolator, namun menjadikan udara sebagai isolatornya. Namun, terdapat saluran transmisi tegangan tinggi yang menggunakan kertas sebagai isolator, yaitu saluran transmisi tegangan tinggi bawah laut.
Infrastruktur sistem transmisi listrik merupakan bentuk pemasangan saluran transmisi termasuk tower listrik dan komponen lainnya. Tower listrik biasanya terbuat dari bahan baja dan disangga dengan kokoh menggunakan pondasi beton. Infrastruktur sistem transmisi disesuaikan dengan wilayah geografis dan standar dari masing-masing wilayah atau negara. Berikut jenis-jenis tower listrik :
  1. Dead end tower
  2. Section tower
  3. Suspension tower
  4. Tension tower
  5. Transposition tower (fasa ditukar)
  6. Gantry tower (dalam 1 tower terdapat 5 saluran transmisi)
  7. Combined tower
    Itulah pengertian secara umum tentang tiga elemen utama saluran transmisi, yaitu konduktor, isolator dan infrastruktur tiang penyangga, selanjutnya akan dijelaskan mengenai konduktor dan hubungannya dengan GMD (Geometric Mean Distance), serta GMR (Geometric Mean Radius).
    Konduktor yang sering digunakan adalah yang terbuat dari bahan jenis tembaga dan aluminium. Dengan melihat karateristik pada tabel 1, karena berat tembaga sekitar tiga kali berat aluminium dan jika aluminium digunakan dengan diameter yang sama dengan aluminium, maka tempat sambungan kabelnya pada tiang penyangga harus besar dan juga tekukan kabel, tembaga akan melengkung lebih jauh dibandingkan dengan aluminium. Hal ini dikarenakan terdapat prosedur berapa panjang lengkungan kabel berdasarkan diameter. Berikut ilustrasinya :

Gambar 1. Kondisi Konduktor Tembaga dan Aluminium
Namun, apakah aluminium dan tembaga bisa menahan beratnya sendiri? Oleh karena itu digunakan konduktor jenis ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced).
    Konduktor transmisi umumnya terdiri dari sekumpulan konduktor yang dipilin agar menjadi sebuah konduktor dengan kekuatan (strength) yang lebih tinggi. Salah satu konduktor yang paling umum digunakan adalah Alumunium Conductor, Steel Reinforced (ACSR). Jenis konduktor lain yang dapat digunakan antara lain All Alumunium Conductor (AAC), All Alumunium Alloy Conductor (AAAC) dan Alumunium Conductor Alloy Reinforced (ACAR).
    Berikut gambar konduktor ACSR :

Gambar 2. Arsitektur ACSR
ACSR merupakan konduktor yang terbuat terbuat dari sekumpulan konduktor baja yang dilingkupi dengan dua lapis konduktor berkas berbahan alumunium. Konduktor baja digunakan untuk menopang berat konduktor alumunium karena aluminium belum tentu mampu menopang beratnya sendiri saat dipasang. Konduktor baja pada ACSR telah melalui proses galvanizing untuk menjadi konduktor tersebut tahan terhadap korosi. ACSR yang sering dipakai adalah ACSR 24/7, yaitu terdapat 7 buah konduktor baja dan 24 buah konduktor aluminium.
Sebuah konduktor jika dialiri arus, maka akan menghasilkan medan magnet dan fluks magnet di sekitarnya. Garis-garis fluks magnet tersebut merupakan sebuah lingkaran kosentris dengan arah yang ditentukan oleh aturan tangan kanan Maxwell. Variasi sinusiodal arus menghasilkan variasi sinusoidal pada fluks. Hubungan antara induktansi, fluks yang terlingkupi dan arus fasa dinyatakan dengan :
……………(1)
, dengan L adalah induktansi, λ adalah flux linkage dan I adalah arus.
Pada dasarnya induktansi pada saluran transmisi dibagi menjadi dua, yaitu induktansi internal dan induktansi eksternal. Induktansi internal dikarenakan adanya fluks magnetik di dalam konduktor, sedangkan induktansi eksternal dikarenakan adanya fluks magnetik di luar konduktor. Untuk menghitung induktansi internal dan eksternal saluran transmisi, maka fluks internal dan fluks eksternal harus dihitung dan kemudian dibagi dengan arus yang mengalir.
Berikut perumusan untuk fluks internal dan induktansi internal :


Gambar 3. Internal Konduktor


, dengan μr adalah permeabilitas relatif bahan, sedangkan untuk fluks ekternal dan juga induktansi eksternal diantara dua titik D1 dan D2 dapat dirumuskan sebagai :


    Gambar 4. Eksternal Konduktor


Dan dengan menganggap D1 sama dengan jari-jari konduktor r dan D2 sama dengan D, maka persamaan (6) akan menjadi:

Dari persamaan (4) dan (7), maka induktansi konduktor karena fluks internal dan eksternal dapat ditentukan sebagai berikut:

Dengan mensubstitusikan r’ = re-μr/4, maka :

Jika persamaan (9) dan persamaan (7) saling dibandingkan, maka nilai r’ dapat dikatakan sebagai jari-jari fiktif konduktor berketebalan nol, sehingga tidak mempunyai fluks internal. Namun, tetap mempunyai induktansi yang sama dengan konduktor berjari-jari r.

Gambar 5. Konduktor Komposit

Pada di atas digambarkan bahwa kelompok konduktor yang terdiri dari kelompok konduktor x dengan n-berkas konduktor identik berjari-jari rx dan kelompok konduktor y dengan m-berkas konduktor identik berjari-jari ry. Konduktor x mengalirkan arus I dengan return path melalui konduktor y, sehingga menyebabkan arus yang mengalir di konduktor y bernilai –I. Karena berkas-berkas konduktor yang digunakan identik, arus total yang mengalir akan terbagi sama rata diantara berkas-berkas konduktor tersebut. Sehingga arus yang mengalir melalui satu konduktor pada kelompok konduktor x adalah I/n dan arus yang mengalir melalui satu konduktor pada kelompok konduktor y adalah I/m. Fluks total yang melingkupi konduktor a pada kelompok konduktor x yang dipengaruhi oleh konduktor-konduktor pada kelompok konduktor x dan kelompok konduktor y adalah:

Persamaan (9) dapat disederhanakan menjadi

Induktansi pada konduktor a dapat dicari dengan:


Induktansi konduktor lain (Lb, Lc,….Ln) dapat didapat juga dengan menggunakan cara yang sama, sedangkan induktansi rata-rata dari salah satu berkas pada kelompok konduktor x dinyatakan sebagai:

Konduktor x terdiri dari n-berkas konduktor yang terhubung secara paralel. Meskipun induktansi dari berkas yang berbeda bernilai tidak sama, induktansi rata-rata dari masing-masing berkas tersebut bernilai sama dengan Lav,x. Dengan mengasumsikan bahwa induktansi rata-rata yang diberikan di atas merupakan induktansi dari n-berkas yang diparalelkan, maka total induktansi pada konduktor x adalah

Selanjutnya nilai Lx disubstitusikan ke persamaan (13), sehingga didapatkan total induktansi pada kelompok konduktor x adalah:

GMR (Geometric Mean Radius) merupakan jari-jari fiktif konduktor berketebalan nol, sehingga tidak mempunyai fluks internal. Namun, tetap mempunyai induktansi yang sama dengan konduktor berjari-jari r, sedangkan GMD (Geometric Mean Distance) merupakan suatu nilai yang menggantikan konfigurasi asli konduktor-konduktor dengan sebuah jarak rata-rata hipotesis (hypothetical mean distance) sehingga induktansi bersama dari konfigurasi tersebut tetap sama. Besarnya GMD dan GMR adalah :

Induktansi konduktor y dapat dicari dengan cara yang sama. Geometric Mean Radius GMRy akan berbeda nilai dengan GMRx. Akan tetapi, nilai GMD-nya akan tetap sama.

Pada saluran transmisi tiga fasa, untuk mendapatkan induktansi yang seimbang (sama pada tiap phasa), saluran transmisi perlu ditransposisikan sebanyak tiga kali

    
Gambar 6. Pentransposisian Saluran Transmisi
Fluks yang melingkupi hantaran a, yaitu:


Dalam sistem tiga fasa yang seimbang, maka:
…..(22)

Jadi GMD untuk saluran transmisi tiga fasa adalah:

Contoh soal
  1. Jika saluran transmisi tiga fasa dengan masing-masing satu fasa terdiri dari empat kawat dengan konfigurasi sebagai berikut:

r     = 30 mm = 0.03 m
D     = 500 mm = 0.5 m
Durat     = 7000 mm = 7 m
Dengan nilai permeabilitas μr = 1, maka:

Mencari GMR : (Persamaan 17)




Mencari GMD :

Asumsi :
500 mm < 7000mm, maka 500mm bisa diabaikan dengan dianggap kecil.
Dab = 7 m
Dbc = 7 m
Dac = 14 m

Dan menggunakan persamaan (15), induktansinya adalah:

  1. Solid Conductor, Symmetric Spacing
    Ditanyakan :
    1. GMR
    2. GMD
    3. Induktansi (L)
    4. Jika f=50 Hz, tentukan Reaktansi Induktif
Jawaban :
  1. Mencari GMR




  1. Mencari GMD

  2. Mencari L

  3. Reaktansi Induktif (XL)
    XL = 2 π f L

    XL = 2 x 3.14 x 50 x 76.6 x 10-7 = 2.405x 10-3 Ώ/m

    KESIMPULAN :
Untuk mencari nilai induktansi suatu saluran transmisi, terlebih dahulu dicari besarnya nilai GMR dan GMD dari saluran tersebut. Dengan kita mengetahui besarnya induktansi saluran, maka besarnya reaktansi induktif saluran (XL). Dengan kata lain GMR dan GMD digunakan untuk mengetahui besarnya reaktansi induktif. Selain itu, GMD dan GMR juga mampu mengetahui berapa besarnya kapasitansi saluran dan impedansi saluran, sehingga besarnya susut tegangan nanti dapat dikendalikan melalui parameter impedansi, kapasitif dan induktansi saluran transmisi.